Smartphone, Jam Tangan dan Performa Diri

“Siapa di sini yang tidak punya smartphone?”, tanya dosenku di depan kelas.

Tak ada seorang pun yang ngacung. Artinya, semua penghuni kelas mempunyai smartphone.

“Siapa di sini yang tidak pakai jam tangan?”, lanjut dosenku.

Kali ini, setidaknya ada lima orang yang mengacungkan tangan.

“Itulah kenapa orang Indonesia itu suka telat. Mereka lebih suka membeli smartphone daripada jam tangan. Mempunyai smartphone telah menjadi budaya bagi masyarakat kita. Bukan berarti punya smartphone itu tidak baik. Bukan. Tetapi punya smartphone juga harus pintar menggunakannya. Bukan sekadar untuk pamer dan gengsi. Akan lebih baik lagi jika kita juga menggunakan jam tangan. Ya, benar, jam tangan. Agar kita juga bisa menghargai waktu. Sehingga tidak gemar datang telat dan mengulur waktu seperti karet.” Dosenku mengakhiri ceramahnya.

Ada benarnya juga apa yang dibilang seorang dosen di atas. Terkadang kita lebih memerhatikan harga diri daripada performa diri.

smartphone

Aku juga suka jengkel dengan pola hidup teman-teman belakangan. Tangan mereka seperti lengket dengan smartphone tetapi tidak sejalan dengan performa. Sudah punya smartphone, tetapi belum bisa memanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas diri. Bagaimanapun, teknologi ada untuk membantu pekerjaan manusia bukan sebaliknya. (more…)

Masjid Al-Akbar dan Menara Sembilan Puluh Sembilan

Pertanyaan pertama ketika berada di tempat baru: dimanakah Masjid yang bagus? Aku gemar sekali berkunjung ke Masjid. Selain ingin merekamnya dalam instagram, masjid selalu saja berhasil memberikan keteduhan bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Suatu hari, menjelang tengah hari yang terik, aku ingin sekali berkunjung ke Masjid. Masjid pilihanku jatuh pada ke masjid jami’ Surabaya. Adalah Masjid Al-Akbar yang menjadi pilihanku. Inilah masjid terbesar kedua di Indonesia setelah masjid Istiqlal di Jakarta. (more…)

Mengintip 13 Destinasi Wisata Surabaya

Surabaya kota pahlawan. Di kota ini ribuan pahlawan bersemayam. Tubuh mereka melebur jadi satu dengan tanah Surabaya. Bagi seorang pahlawan sejati, tulisan nama di batu nisan tidak penting. Baginya, harga diri bangsa dan negara adalah hal yang paling utama. Bahkan lebih penting daripada nyawa yang melekat dalam diri. Selamat datang di Surabaya, kota para pejuang!

Tak butuh lama untukku bisa menyeberang ke Surabaya dari Madura. Hanya butuh waktu lima menit untuk melintasi jembatan Suramadu. Setengah jam jika menaiki ferry menyeberangi selat Madura. Kalau dihitung, Surabaya merupakan kota kedua yang paling sering aku singgahi setelah Bangkalan. Namun pengetahuanku tentang tempat wisata di Surabaya sebanyak jumlah jari di tangan dan kakiku.

Kesempatan mengenal lebih dekat dengan Surabaya terbuka ketika menghadiri acara Blogger Meet Up & City Tour with Green Metro Car di G-Suites Hotel Surabaya (more…)