Bagaimana Rasanya Sekolah di Taiwan?

Published by ALAM on

wahyualam.com - belajar di taiwanJika mungkin dicatat, maka pertanyaan ini adalah yang paling banyak ditanyakan kepadaku: Bagaimana Rasanya Sekolah di Taiwan?

Aku tentu tidak bisa menyimpulkan bagaimana pendidikan secara keseluruhan di Taiwan. Aku juga tidak mau membanding-bandingkan dengan Indonesia. Prinsipku: setiap negara punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku hanya bisa bercerita tentang apa yang aku alami selama bersekolah di Taiwan.

Jikalau harus dirangkum dalam satu kata, maka aku akan pilih kata: menyenangkan.

Tentu hal ini berdasarkan pengalamanku sekolah Master. Aku tidak tahu bagaimana di Sarjana, SMA, SMP, SD ataupun TK.

Suasana di kelas sangat hidup. Diskusi berjalan baik. Bebas mengemukakan pendapat. Kalau salah mengemukakan pendapat, tidak akan dihukum, apalagi dibilang bodoh atau kalimat jelek yang lain, baik dari guru atau dari teman sekelas. Bahkan sejelek apapun tanggapan atau pertanyaan kita , dibilang ‘great’, ‘amazing’, ‘excellent’, dsb. Semuanya saling menghargai satu sama lain. Character-building lebih diutamakan.

Tidak fokus mencari kesalahan, tidak fokus menertawakan kesalahan, tidak fokus mengejek teman, tetapi fokus bagaimana dan apa yang didiskusikan.

Ada seorang teman, mahasiswi dari Bulgaria, cantik dan aktif di kelas. Saat praktek focus group discussion, baru diketahui kalau ternyata dia sedikit gagap. Dia kesulitan jika mengawali pembicaraan, tidak ada yang tertawa, mengejek, apalagi dibahas kegagapannya, semua fokus pada apa yang didiskusikan.

Begitu juga denganku, meski bahasa Inggrisku hancur, namun mereka tetap memaklumi. Penggunaan bahasa yang bukan merupakan ‘mother-language’, dapat dimakluminya.

Suasana internasional menjadi begitu terasa saat setiap negara mengemukakan pendapatnya berdasarkan pengalaman di negara masing-masing.  Dengan suasana seperti ini, membuat kita tidak takut untuk bertanya atau mengemukakan pendapat.

Semua unsur yang berkaitan dengan proses belajar mengajar secara serius dipersiapkan. Semua pengajar memberikan silabus dan apa saja yang akan diajarkan selama satu semester. Ruangan yang digunakan untuk proses belajar-mengajar juga dipersiapkan. Jika ada yang kurang, misalnya spidolnya habis, maka tinggal telpon dari dasbor mimbar yang ada di depan, maka petugas seperti petugas tata usaha, datang mengantarkan spidol.

Metode pengajarannya bervariatif. Selain ceramah, juga dibuat berkelompok, berpendapat, presentasi, kuliah tamu, atau bahkan company visit. Saat ikut mata kuliah Research Methods on Human Resource Development di NTNU, kami dihadirkan dosen sekaligus peneliti dari Singapura. Ia diundang untuk mengisi sesuatu yang berhubungan dengan materi kuliah. Hampir di semua mata kuliah yang aku ikuti, ada sesi kuliah tamu. Bahkan mata kuliah Technology Marketing menyediakan jadwal company visit untuk belajar langsung bagaimana proses marketing di perusahaan tersebut.

Masalah klasik seperti telat tentu tidak ada. Selalu tepat waktu. Tidak ada pengajar melakukan kegiatan ganda di kelas. Jika sudah berada di kelas, maka waktu dia untuk kami. Bukan untuk bisnis yang lain, apalagi untuk menerima panggilan sekalipun. Kalaupun, ada panggilan, dia akan matikan telponnya dan meminta maaf kepada kami.

Saat di kelas, tidak ada yang diistimewakan, semuanya sama. Kami dianggap selevel. Sama-sama belum paham, sama belajar, bahkan untuk urusan mendownload paper sekali pun, kami diberi tahu. Kami pernah diajak ke perpustakaan pada saat jam kuliah, kami belajar langsung dari petugas perpustakaan bagaimana mendapatkan literatur dari jaringan perpustakaan.

Semua terintegrasi menjadi satu kesatuan. Mereka akan memberikan pelayanan terbaik untuk semua mahasiswanya. Jika ada permasalahan, mereka akan melakukan yang terbaik sesuai kemampuan mereka, selain itu jika diperlukan komunikasi intens via email, mereka tidak segan. Selain itu segala pengumuman yang berkaitan dengan kegiatan kampus secara umum akan dikirimkan via email. Mulai dari hal penting hingga yang ngga penting. Mulai dari urusan administrasi, angin Typhoon hingga urusan pemadaman listrik, semuanya dikabarkan via email. Saat pemadaman listrik misalnya, email diberikan dua minggu sebelum hari-H, sehingga kami mahasiswa yang hidup dan tinggal di kampus dapat merencakan kegiatan di luar kampus. Dapat menyusun rencana perjalanan dengan baik, karena kabar pemadaman listrik tidak datang tiba-tiba.

Secara garis besar, tidak ada perbedaan. Dari sejak Bung Hatta ke Belanda, kuliah ya seperti itu. Belajar ya seperti itu. Baca buku, dijelaskan, ujian, dsb. Tidak ada bedanya. Bedanya hanya di lingkungan saja. Kalau dulu antar desa, antar kecamatan, kabupaten atau bahkan antar propinsi, sekarang antar negara, antar benua.

Dimanapun sebenarnya adalah tempat belajar, bukan begitu, Gers?


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

budionosukses · May 20, 2016 at 08:04

di sana sempat bertemu dengan TKW / TKI gak bro? sukur2 bisa turut membina mereka 🙂

    ALAM · May 20, 2016 at 21:41

    Banyaaak, mas.
    Kadang kita ngadakan pelatihan komputer gratis untuk TKW/TKI di PCINU.

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.