Begini Cara Klebun Keliling Madura

Published by ALAM on

Mulus: Jalan raya dari Bangkalan hingga Sumenep

Mulus: Jalan raya dari Bangkalan hingga Sumenep

Hati ini seperti berontak jika sebulan saja tidak ada agenda jalan-jalan. Menikmati perjalanan dengan naik angkutan umum, berkeringat, berdesakan, hingga merasakan desiran udara yang berbeda adalah hal yang sangat ditunggu dari sebuah perjalanan. Keluarlah dari rumahmu, nikmati dan rasakan perbedaan di luar sana. Benar kata Profesor Rhenald Kasali, hanya orang bodoh yang hanya banyak alasan untuk tidak keluar dari wilayahnya.

Madura. Pulau ini terlalu besar untuk dijelajahi satu hari. Rasanya berdosa sekali jika aku hanya berkutat dan beraktivitas di Bangkalan saja. Ada apa di Pamekasan, bagaimana keindahan Sumenep, seperti apa kerasnya hidup di Sampang belum terlalu sering dirasakan. Ingin rasanya mengelilingi empat kabupaten ini dalam waktu yang lama. Merasakan setiap denyut nadi kehidupan kota hingga semilir angin sepoi-sepoi di pelosok desa.

Ada waktu luang, sharing ilmu dan dengan dalih persiapan acara, aku gunakan untuk jalan-jalan lagi. Ke tiga kabupaten lain di Madura. Pamekasan, Sumenep dan Sampang.

Dimulai dari Pamekasan.

Alasan utama mau ke Pamekasan adalah ingin ketemu teman-teman RT Pamekasan (Plat-M Cabang Pamekasan). Selalu saja ingin berbagi dengannya. Mereka begitu semangat untuk belajar. Rasa ingin tahu mereka begitu besar. Saking besarnya, saat aku turun dari bis mini, ada sekitar delapan orang menyambut dengan motor masing-masing. Aku merasa disambut dengan pasukan bermotor dari Pamekasan. Aku terharu dengan sambutannya. Seperti menyambut pejabat tinggi Pamekasan saja. Padahal ya cuma orang biasa, tak seharusnya begitu. Aku hanyalah rakyat jelatah dari Bangkalan yang rindu bertandang ke Pamekasan.

Depot Kunyah-kunyah menjadi tempat nyaman untuk berbagi. Di bawah gardu yang terbuat dari bambu dengan camilan seadanya, kami bertukar pikiran. Sharing ilmu dan pengalaman. Mereka banyak bertanya tentang internet, komunitas hingga pekerjaan. Sampai-sampai tiga jam tidak terasa berlalu.

Hari itu, teman-teman sangat senang bisa mengenakan kemeja baru Plat-M. Mereka juga sukses membuatku terharu ketika mengajak berfoto denganku dengan mengenakan kemeja Plat-M. Semakin terharu ketika melihat foto bersamaku itu dipasang sebagai wallpaper di ponselnya. 😀

Selalu ada kisah indah, terharu, dan menyenangkan jika mengunjungi Pamekasan.

Ingat Pamekasan ingat Rangperang Laok.

Ya, desa ini adalah tempatku mengabdi menjalani tugas dari negara: kuliah kerja nyata!

27 hari tinggal di desa ini dengan tidak pernah pulang membuatku seperti begitu dekat dan sudah menganggap sebagai rumah ketigaku setelah Kamal dan Lamongan.

Ada yang berubah. Pak Fadili sekarang tidak lagi menjabaat sebagai Klebun (kepala desa). Bagiku, mungkin juga bagi teman-teman, Pak Fadili masih Klebun Rangperang Laok. Sampai kapanpun. Halah!

Mereka ramah menyambutku. Mereka menceritakan semua perubahan-perubahan pasca aku dan teman-teman dari UTM telah purna menjalankan tugas KKN. Semua perubahan. Mulai dari Pak Klebun yang sekarang berbisnis ayam ternak. Hingga putri cantiknya yang batal dihitbah seseorang. It’s like a good news for me and bad news for them. Hihihi!

Sebenarnya malas pulang jika sudah berada di desa ini. Suasananya yang sepi membuat pikiran tenang. Apalagi kegiatan religius warganya semakin membuat tentram hati.

Rangperang Laok menjadi akhir perjalanan di Pamekasan.

Sehari berikutnya kembali Bangkalan dan kopdar dengan teman-teman Plat-M di Bangkalan. Berada tepat di teras stadion Gelora Bangkalan. Kita kopdar ngebahas acara ke depan. Hingga membuat kejutan kecil untuk Pak RT Bangkalan, Dendy. Happy birthday, Den!

Seminggu kemudian, Sumenep menjadi tujuan selanjutnya. Acaranya? Tetap. Rapat dan berbagi.

Naik bis patas dari Bangkalan, tepatnya dari Tangkel (daerah pertigaan ke arah Suramadu) hanya butuh waktu 3 jam saja ke Sumenep. Entah apa yang dilakukan pak sopir sehingga laju bis ini begitu cepat. Bisnya ber-AC dan nyaman sekali. Tentu “se-nyaman” ongkosnya yang jugal lebih mahal dari AKAS biasanya.

Bersama Zain, aku meluncur ke Sumenep.

Sesampainya di Sumenep, aku langsung mengabari Pak RT Sumenep (Plat-M Cabang Sumenep), Mas Dedy. Lima menit kemudian Mas Dedy datang bersama temannya. Setelah diajak makan, kami bercengkrama di warung kopi, Barista Sumenep namanya. Ajang ngopi berlangsung hingga tengah malam sebelum tubuh ini terbaring capai di rumah Mas Dedy.

Pagi-pagi ditemani segelas teh manis, aku, Mas Dedy, Zain dan Mas Heru terlibat perbincangan menarik. Ngga jauh-jauh topiknya, tentang internet, masyarakat, komunitas hingga acara Plat-M terdekat.

Perbincangan berakhir saat kami diajak survei tempat untuk acara Plat-M bulan depan. Ngga ada tempat menarik yang dikunjungi di Sumenep karena aku harus segera ke Sampang, sudah ditunggu teman-teman pesantren se-Kabupaten Sampang di hotel PKPN. Sepiring rujak selingkuh menutup perjalanan singkat di Sumenep.

Yeaay! Sampang is the next destination!

Dua jam perjalanan menggunakan bis AKAS yang panas menuju Sampang. Zain harus berakhir di sini, dia harus melanjutkan perjalanan ke Bangkalan. Aku sendiri menuju hotel PKPN Sampang ngga terlalu jauh dari terminal Sampang.

Terik matahari membuatku lelah sekali. Acara sudah berlangsung sejak pagi. Aku istirahat sejenak di kamar King Nopy, pegiat TIK Pesantren dari Muwashola.

Suasana panas berubah adem ketika melihat semua yang ada di acara ini bersarung dengan memakai kopyah di kepalanya. Ah, senaaanngnya!

Pagi tiba begitu indah, aku nyalakan laptop menengok slide yang akan aku sampaikan pagi ini. Peserta yang datang dari berbagai pesantren di Sampang dibagi dua kelas. Kelas streaming dan kelas blogging. Seperti biasanya, aku kebagian mengisi kelas blogging.

Dipandu Gus Rofiudin yang selalu memujiku di depan peserta aku menyampaikan presentasi tentang begitu pentingnya berdakwah melalui sosial media: dakwah. Lebih jelasnya, pentingnya penggunaan blog untuk dakwah.

Sejam pertama aku isi dengan presentasi tentang kenapa sosial media. Kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung membuat blog dari awal!

Membuat email, membuat blog, mengganti tema, posting tulisan, menambah halaman dan belajar menulis menjadi tanggung jawabku hingga ISHOMA. Dengan sinyal yang tersendat-sendat dan dibantu teman-teman dari Muwashola, semua targetku tercapai. Alhamdulillah!

Setelah ISHOMA aku beristirahat. Tugasku sudah selesai.

Aku harus sudah ada di Bangkalan sebelum Maghrib. Maka dari itu, bakda Ashar aku pamit ke King Nopy dan kembali ke daerah asal: Bangkalan.

Dua minggu yang melelahkan tapi begitu berkesan. Berbagi itu menyenangkan. Ada hal yang tidak bisa dibayar dengan uang. Kepuasan batin yang luar biasa.

Terima kasih Pamekasan, Bangkalan, Sampang dan Sumenep!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

4 Comments

M. Faizi · May 22, 2014 at 00:20

saya sudah membacanya, senang sekali. ya, saya malah pengen ke Bangkalan tapi via pantura Madura dan dengan cara naksi, pindah dari satu angkutan ke angkutan yang lain. Kapan? Entahlah.

    Wahyu Alam · May 23, 2014 at 06:26

    Betul. Patut dicoba. Saya pernah mencoba dari Bangkalan hingga Tamberu. Menyenangkan. Pemandangannya menarik daripada di jalur selatan. Pantai utaranya itu loh..

setiyawanjullev · May 21, 2014 at 08:53

kangen sharing2 dengan teman2 Plat-M kapan ada acara lagi bun? Insyaallah diusahakan hadir…..Di sumenep kan?

    Wahyu Alam · May 21, 2014 at 10:10

    14 Juni 2014, Mas.
    Ke Sumenep. Siapa tahu ketemu si Doi. 😀

Leave a Reply to Wahyu AlamCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.