Keseruan Naik ‘Banana Boat’ di Gili Genting, Sumenep

Published by ALAM on

Berkas:Peta Sumenep Kepulauan.png

Akhir pekan terlalu singkat untuk menjelajah pulau-pulau kecil di timur Madura. Ada 126 kepulauan yang masuk dalam wilayah Sumenep, 78 diantaranya tak berpenghuni. Aku baru pernah menginjakkan kaki di dua pulau saja: Gili Labak dan Gili Iyang. Hari ini, aku akan menambah koleksi pulau yang pernah aku datangi.

Gili Genting menjadi daftar pulau berikutnya yang akan aku eksplorasi.

Difasilitasi Komunitas Blogger Plat-M, aku mengajak istri ikut bergabung bersama duabelas anggota Plat-M lainnya. Tak ada niat lain selain MENDUNIAKAN MADURA!

Ya, Plat-M punya visi besar untuk menduniakan Madura. Salah satu kegiatan untuk mewujudkan misi itu adalah kegiatan Len-jelen Bareng.

***

Kami berangkat dari titik bertemu di alun-alun selatan Bangkalan. Menggunakan bis elf, kami menelusuri aspal jalan propinsi di sisi selatan Madura.

Butuh waktu sekitar empat jam hingga sampai di pelabuhan Tanjung, Saronggi. Kami perlu membayar 10 ribu rupiah untuk menyeberang ke Gili Genting menggunakan perahu. Beruntung, ada jadwal reguler penyeberangan perahu dari Saronggi ke Gili Genting.

Terik panas matahari menyengat siapa saja di bawahnya. Air laut beriak-riak menyambut kedatangan kami. Warna birunya menghantarkan kedamaian bagi siapa yang melihatnya. Duduk bersama istri, aku memandangi laut Madura sambil menikmati biji kwaci.

Sesaat setelah Dhuzur, kami sampai di Gili Genting. Panas terik matahari memaksa kami harus setengah berlari menuju rumah Klebun Desa Bringsang. Kami sholat, makan dan istirahat sejenak sebelum berbuju senja di Pantai Sembilan.

Tak terasa adzan Ashar berkumandang. Kami tunaikan kewajiban kami sebelum melangkahkan kaki ke pantai.

Suasana masih lumayan panas, saat kami sudah berkumpul di depan pintu gerbang Gili Genting. Yes, kami ngga perlu bayar karcis Rp.5000, cukup menyebutkan password:

‘KAMI TAMU KLEBUN BRINGSANG’

Pantai Sembilan berada di Desa Bringsang Kecamatan Gili Genting Kabupaten Sumenep. Meski garis pantainya tidak terlalu panjang, pantai ini menyimpan beberapa keunikan. Letaknya tidak terlalu jauh dari pelabuhan. Berpasir putih yang tidak lengket dikulit, sehingga nyaman meski lama bermain-main pasir. Kita dapat memandang Sumenep dari selatan dengan dibatasi birunya lautan. Pantai ini menyajikan pemandangan matahari tenggelam yang sempurna.

Luas pantai yang terbatas membuat pengelolanya harus berpikir kreatif. Hal ini terlihat dari disediakannya beberapa spot foto yang instagramable. Mulai dari ayunan, kasur berjemur, gazebo, plang nama, hingga spot foto romantis seperti kasur kayu dan bunga berbentuk hati. Semua itu disiapkan agar membuat calon pengunjung penasaran.

View this post on Instagram

Aku menunggumu di tepian pantai #LenjelenPlatM

A post shared by احمد سيدي (@ahmadsayadi_) on

https://www.instagram.com/p/BUUbMg4l1n9/

Tak hanya itu, di pantai ini kita dapat menyewa homestay yang unik. Berbentuk rumah mini dari kayu dengan arsitektur segitiga. Selain di sini, aku melihat homestay serupa di Taichung, Taiwan. Harga homestaynya 300 rb per malam untuk 6-7 orang. Sayang, waktu kami ke sana berbarengan dengan acara Dinas Pariwisata Propinsi, sehingga homestay sedang full-booked.

Sabtu sore merupakan waktu yang tepat. Tamu yang datang tidak terlalu ramai, sehingga kita bebas mengekplorasi Pantai Sembilan. Aku melihat teman-teman menjalankan niatnya masing-masing. Ada yang sibuk selfie, bikin vlog, cari spot instagramable, hingga sekadar diam menikmati suasana. Dan aku memilih yang terakhir.

Matahari turun dan meredup perlahan. Dirasa pas, kami memutuskan untuk menyewa banana boat. Perlu merogoh kocek 200 rb saja untuk tujuh orang. Kami pun larut dalam keseruan main banana boat. Speed boat yang menarik banana boat membuat kami seolah berselancar di atas lautan datar. Dengan pancaran matahari sore yang kejinggaan menambah kesan tersendiri. Speed boat membuat kami berputar-putar di sekitaran Pantai Sembilan. Sesekali kami kecipratan air laut. Teriakan keseruan terdengar hingga ke bibir pantai. Seru.

Karena anggota Plat-M yang ikut cukup banyak, sehingga kita perlu memakai banana boat-nya secara bergantian.

Sesi pertama, banana boat tidak terbalik lantaran aku dan Vicky agak takut nyebur ke tengah laut meski memakai pelampung. Kami mengendalikan banana boat dari belakang agar tidak terjatuh, dan berhasil.

Sedangkan di sesi kedua, aku harus ikut lagi untuk menemani istri. Dan anggotanya pun berganti. Anggota sesi dua lebih aktif. Saking aktifnya, kami harus jatuh ke laut tiga kali. Ternyata memang, kalau naik banana boat, wajib jatuh. Tak usah naik banana boat kalau tak mau jatuh. Keseruannya terletak ketika kita terhempas ke lautan dan mengambang dengan sendirinya. Sehingga kita benar-benar menyatu dengan lautan Pantai Sembilan.

Inilah pengalamanku pertama kali naik banana boat. Kerennya lagi dilakukan di Madura. Yes, Gili Genting is the answer.

Kami usai menaiki banana boat. Matahari seperti sudah mengantuk. Sinarnya mulai redup. Aku memilih mengambang di atas lautan. Tidak berani jauh-jauh dari bibir pantai karena sudah menjelang Maghrib. Aku menikmati momen tenggelamnya matahari dengan pandangan mata rata dengan permukaan air. Aku mengajak istri untuk menikmati bersama-sama keindahan momen ciptaan-Nya. Senja selalu mampu memberikan energi baru bagi siapa saja yang melihatnya.

Masih ada waktu sedikit lagi, kami memanfaatkan untuk berfoto bersama. Sebelum akhirnya harus kembali ke tempat penginapan.

Dan berikut beberapa video dari Mbak Erna dan Raden Triyanto:


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

niyasyah · June 5, 2017 at 17:05

saking nggak mau jatuhnya, sampe sayadi heboh ke samping-samping banana boat yakkk 😀
terus sekarang kita, kelompok pertama, dikatain lemah sama anak kelompok dua.
duh…aku tuh nggak bisa diginiin :((((

*di sini semua drama dimulai*

deteksi · May 29, 2017 at 07:07

wow superkeren! jadi pengen ke sana broo.. diagendakan 2018 ya ini sepertinya 🙂

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.