Komunitas, Perubahan, dan Reformasi

Published by ALAM on

ngaburuitsurabaya

Foto by: @azizhadi

Berkomunitas sudah menjadi aktivitasku sejak tahun 2009. Sebenarnya sejak kecil, aku (sebenarnya) sudah ikut beberapa perkumpulan meski tidak diberi nama komunitas. 2009 diberi amanah menjadi ketua Plat-M memberiku pengalaman tentang berkomunitas.

Terlebih ketika datang ke acara NgabuburITSby pada Rabu (31/7) kemarin di Dapur Desa daerah Basuki Rahmat, Surabaya. Acara yang digagas Internet Sehat dan dihadiri beberapa komunitas di Surabaya itu memberikan pelajaran baru tentang berkomunitas. Hadirnya orang-orang komunitas seperti Pak Onno W Purbo, Kang Mataharitimoer dan kawan lama, Frenavit memberikan warna tersendiri.

Bahkan Pak Onno sesumbar mengatakan komunitas yang ada di Surabaya dan sekitarnya adalah komunitas terbaik di Indonesia diatas dari Jakarta, Bandung, Jogjakarta, ataupun Makassar.

“You have a power!” ujar Pak Onnow bersemangat!

Komunitas di Surabaya, Madura dan Malang tambahnya, sudah punya kekuatan. Kegiatannya nyata. Sekarang bagaimana berpikir agar lebih giat lagi untuk bisa meledak lagi. Karena lewat pemuda-pemuda ini, langkah bangsa Indonesia ini ditentukan. Terlebih ajang demokrasi yang akan bergulir 6 bulan lagi akan menjadi penentu arah bangsa besar ini. Lakukan langkah sederhana untuk membuat perubahan besar. Karena perubahan yang dahsyat itu berawal dari langkah-langkah kecil seperti berkumpul, berdiskusi dan memulai mengubah informasi menjadi aksi nyata.

Menurut Pak Onno, kita sudah menyetujuinya, jika anak muda-muda di semua kota bersatu membuat sebuah gerakan misalnya memposting ramai-ramai tentang buruknya kondisi internet di Indonesia, arah bangsa Indonesia ke depan, hingga konsep yang diinginkan anak muda untuk negeri ini. Lawan semua dengan tulisan. Karena sekarang, media mainstream sudah tidak bisa diandalkan lagi. Ada ‘penunggang’ besar di dalamnya, ujar MT sesekali menambahkan. Kami semua dibakar semangat olehnya.

Mulailah kita berperang. Berperang melawan kebodohan masyarakat, berperang melawan buruknya koneksi internet, berperang dengan ruwetnya birokrasi, beperang untuk membawa bangsa ini lebih maju dan menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakatnya.

Bisa dibayangkan, bahwa setiap tahun ada sekitar 5,5 juta siswa baru SD, sedangkan yang keluar menjadi sarjana hanya 600 ribu saja. Artinya 90% masyarakat Indonesia masih belum berpendidikan. Sederhananya, orang bangsa ini masih bodoh. Padahal pendidikan itu milik semua orang, rakyat Indonesia. Dan Negara harus menjamin itu!

Kalau ingin menang perang itu ada tiga syaratnya.

  1. Punya kekuasaan
  2. Punya uang
  3. Punya massa yang besar

Yang bisa dilakukan komunitas adalah nomor 3. Bagaimana dengan komunitas kecil di Madura bisa mengubah arah bangsa? massa di Madura jelas tidak sebanding. Begitu kecil. Tapi jika semua komunitas bergabung, bersatu, bergandengan, bergerak menentukan bersama arah bangsa, bukan tidak mungkin, akan menjadi reformasi 2.0. Reformasi segala hal.

Reformasi kecepatan internet, reformasi pendidikan hingga reformasi birokrasi.

Lagi, sebuah gerakan besar berawal dari ide-ide kecil di warung kopi. Maka dari itu, bersatulah komunitas di Indonesia. Apapun komunitas kalian. Terlebih untuk komunitas blogger!

 

 

 


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

Alris · September 12, 2013 at 21:22

Perubahan juga dimulai dari hal-hal kecil. Mari berbuat, kerja, kerja…

    Wahyu Alam · September 19, 2013 at 07:10

    Pasti Alris pegawainya Jawa Pos Corp. Kerja kerja kerja. 😀

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.