Lambaian Awan di Atas Merapi

Published by ALAM on

merapi

Kemarin sudah puas mengunjungi Borobudur. Hari ini, jadwal selanjutnya adalah Kaliurang.

Objek wisata Kaliurang tidak ada yang istimewa menurutku, banyak dijumpai di Jawa Timur seperti di Malang ataupun Pacet Mojokerto. Akhirnya, aku menerima ajakan Pak Yazied, guru Sejarah naik menggunakan jeep ke kaki gunung Merapi. Melihat jejak meletus Merapi 2010 lalu. Kapasitas Jeep 5 orang. Kami harus membayar masing-masing kepala 50 ribu. Sehingga sewa Jeep 250 ribu per sekali jalan pulang pergi. Ah, sepertinya ini akan menjadi liburan yang menarik. Aku, Diyah Adikku, Kawanku Toni, Pak Yazied dan Anton beranjak dengan semangat di atas Jeep. Kecuali aku, semuanya pakai helm pelindung.

 

Setidaknya ada sekitar 10 rombongan dari SMAN 4 Bangkalan yang naik jeep ke lereng Merapi. Roda jeep berputar, mesin menggaung-gaung. Jeep yang dipakai persis seperti jeep yang dipakai pada adegan film kemerdekaan seperti Merah Putih atau Darah Garuda. Bahkan masih ada Jeep yang kendalinya ada di sebelah kiri ala Eropa.

Liukan dengan liukan jalan dilewati naik dan turun. Sensasi begitu terasa saat melewati jalan menurun dengan latar belakang gunung Merapi. Cuaca begitu cerah sehingga awan putih yang berada di atas merapi seperti melambai-lambai memanggilku. Sengaja aku putar musik Nidji – Di atas Awan. Lagu yang berdering di headset menambah kesan sensasi luar biasa. Serasa berada dalam adegan film 5 cm.

Kami berhenti di beberapa titik. Mulai dari atas jembatan “sungai aliran lava”, melihat batu Alien, melihat penambang pasir hingga berada 2 km dari kaki gunung Merapi. Dengan jarak yang begitu dekat, aku merasakan hembusan udara kawasan ini. Segar dan begitu khas. Andai bisa dibungkus, aku akan bungkus hembusan udara ini, kemudian aku hirup lagi ketika di rumah. Untuk mengenangnya!

Segelas white coffe menemani kami menyaksikan Merapi dari jarak yang begitu dekat. Mungkin jika gunung ini bisa berbicara aku akan bertanya “dimanakah Mak Lampir tinggal?”. Ya, aku ingat sinetron Misteri Gunung Merapi dengan tokoh utamanya adalah Mak Lampir yang bersuara serak-serak, begitu khas.

Puas dan waktu yang habis. Kami kembali ke bawah lebih awal. Driver kami masih muda. Dia memilih rute baru yang jarang dilewati. Kami diajaknya berpetualang dengan jalan yang begitu ekstrem penuh bebatuan, hingga pernah jeep sudah miring 45% derajat, namun masih beruntung tidak terbalik. Belum selesai kami tegang, pak sopir jeep ini menginjak pedal gas lebih dalam, jeep berlari kencang, aku baru melihat, jika di depan ada aliran sungai yang tidak begitu dalam, akibatnya air sungai seperti terbelah akibat gesekan dengan ban jeep, jipratan air hingga ke muka kami. Tegang tapi mengasyikkan.

Sampainya jeep ke tempat semula mengakhiri wisata kali ini ke Jogja. Meski sempat mampir ke Keraton Jogja, tapi aku tidak cerita karena tidak berbeda jauh dengan keraton Sumenep. Namun, ada kisah menarik di Keraton ini. Kami dimarahi petugas keamanan, gara-gara mau berfoto di area yang tidak boleh dikunjungi.

Ada sesuatu yang menarik ketika datang ke tempat pertamakalinya. Sesuatu yang excited yang ngga bisa terbayarkan dengan lembaran-lembaran rupiah!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

3 Comments

maz echo · January 31, 2014 at 18:26

jadi pengen kesana, ayok kapan kapan plat m mluncur kesana 😀

    Wahyu Alam · January 31, 2014 at 18:27

    Ayolah. Tapi sekarang musim hujan ngga baik, ngga bakal lihat Merapinya, tertutup oleh kabut. Nanti musim kemarau sajalah. 😀

Indah Juli · July 16, 2013 at 12:54

belum pernah ke sini, seru tampaknya 🙂

Leave a Reply to Wahyu AlamCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.