Membawa Bayi Usia 10 Bulan Naik Pesawat

Published by ALAM on

Kia sedang asyik tidur di pangkuan Ibunya

Salah satu keberhasilan terbesar kami tahun kemarin adalah berhasil membawa bayi kami yang masih berusia 10 bulan naik pesawat dengan aman dan tanpa rewel. Bagaimana tipsnya?

Awalnya kami tanya ke beberapa teman yang sudah pernah membawa bayi naik pesawat ke luar negeri. Selain itu kami juga baca tips/cara di beberapa blog hingga website resmi maskapai.

Meski sudah mengetahui beberapa tipsnya, tapi tetap saja kami sangat khawatir. Bagaimana jika bayinya rewel dan menangis keras sehingga mengganggu penumpang yang lain. Bagaimana jika dia shock dan mengalami hal yang belum pernah kita alami sebelumnya. Apalagi kan ini anak pertama kami, artinya kami hanya punya pengalaman 10 bulan merawat bayi.

Kekhawatiran semakin menjadi ketika Eyang dan Mbahnya memberikan bejubel saran, kadang ada yang masuk akal, kadang juga ada yang nyleneh tak masuk akal. Kekhawatiran itu hadir bersama ribetnya persiapan pindahan dari Indonesia ke Taiwan.

Untuk urusan tiket pesawat aku pasrahkan ke aplikasi Pegi-Pegi. Kami memesan tiket dengan sangat mudah dengan tampilan aplikasi yang enak dipandang. Kami memesan tiket ekonomi dengan rute Surabaya – Singapura, dilanjut dengan Singapura – Taipei.

Hal berikutnya yang tidak kalah ribet adalah bagaimana memastikan segala perlengkapan kami bertiga tidak ada yang tertinggal. Fokus kami tetapi di bayi. Bagaimana makannya, bagaimana pakaiannya, bagaimana peralatan mandinya, bagaimana obat-obatannya.

Tiba-tiba ketiga koper kami rasanya tidak cukup. Akhirnya aku dan istri mengalah untuk tidak membawa beberapa potong kaus dan pakaian, karena aku pikir bisa beli di Taiwan. Hal yang dirasa bisa dibeli di Taipei tidak kami bawa. Tapi tetap saja, koper kami harus mengalami beberapa bongkar pasang. Kami membawa sekadarnya, sekadar-kadarnya orang berkeluarga tetap saja membuat koper terbesar kami melembung seperti orang hamil besar. Nyaris tidak bisa ditutup rapat.

Belum menjalani kekhawatiran membawa bayi di pesawat. Urusan keribetan berikutnya adalah kami diminta untuk memisah koper besar kami ke dalam dua bagian, karena aturannya satu koper tidak boleh lebih dari 32 Kg. Saat ditimbang beratnya ternyata 38 Kg. Kami harus memisah beberapa makanan bayi ke dalam kardus lain dan aku beli semacam lakban yang bisa membungkus kardus agar aman.

Terjadinya drama kami membongkar koper di depan counter check-in. Aku ditelpon Bapak, dia takut aku over-capacity bagasinya. Aku bilang aman, hanya harus dipisah jadi dua. Urusan koper beres. Saatnya bersiap masuk pesawat.

Sepanjang waktu menunggu, Kia begitu senang. Matanya melihat ke sekililingnya seperti sedang observasi setiap objek baru yang dilihatnya. Saat mengantri, kami mendapatkan privilege khusus agar bisa cepat memasuki pesawat, kami tidak perlu mengantri, jadi sama seperti penumpang bisnis. Hehehe.

Kia sudah sampai di Singapura. Cerita selengkapnya di limaura.com

Perjalanan dari Surabaya ke Taipei ditempuh sekitar dua setengah jam. Kia lebih banyak tidur dan bangun saat mau landing di Singapura. Nyaris tidak ada masalah. Kemudian saat perjalanan dari Singapura ke Taipei harus kami tempuh saat tengah malam. Take off dilakukan setengah jam setelah pukul 00:00 waktu Singapura.

Kia juga anteng, tidur, mikcu dan tidur lagi. Namun rasanya ada indisen sedikit ketika jam tiga pagi, dia tiba-tiba mengamuk dan menangis. Kami tetap tenang dan memberinya mikcu, situasi kembali tenang. Kami sempat tidak enak dengan penumpang lain. Perjalanan dari Singapura ke Taipei lebih panjang sekitar lima jam, namun pesawat yang kami gunakan seri Boeing 737 sehingga lebih kedap suara, lebih nyaman dan lebih smooth proses pendaratannya.

Kesimpulan singkatnya, saat take-off, bayi di-mikcu-in, agar tenang. Kemudian saat di dalam pesawat bisa diberikan pelindung telinga. Siapkan makanan ringan dan mainan untuk si kecil, jangan lupa letakkan tidak jauh dari tempat duduk sehingga mudah dijangkau.





ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

0 Comments

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.