Menelusuri Jejak Erupsi Merapi

Published by ALAM on

Kaki gunung Merapi menyimpan kerinduan tersendiri. Aku rindu meneguk segelas jahe panas sambil memandangi puncak gunung Merapi dari jarak dekat: tiga kilometer. Inilah warung kopi paling keren di pulau Jawa. Untuk itu aku kembali ke sini, bersama teman-teman Plat-M berpetualang menelusuri jejak-jejak erupsi Merapi.

Mendung menyambut kehadiran mobil Innova yang kami sewa. Matahari sama sekali tidak terlihat dari kawasan Kaliurang, yang merupakan taman wisata gunung Merapi. Pohon-pohon tinggi menjulang seperti tersenyum menyambut kedatangan kami.

Dari kawasan ini kita bisa menyewa jeep untuk menuju warung kopi paling keren se pulau Jawa. Tiga ratus ribu adalah uang sewa untuk kami berlima. Deru mobil Jeep ini membuat kami bersiap. Sopirnya masih muda, dengan ramah meladeni setiap pertanyaan kami.

Sepanjang perjalanan, sopir yang mungkin terpaut dua-tiga tahun lebih tua dari kami itu rajin menceritakan setiap detail apa yang kami lihat di pinggir jalan. Mulai dari jembatan, nama sebuah desa hingga kawasan yang hancur karena luapan lava pijar Merapi tahun 2010.

Destinasi pertama adalah sebuah desa tak berpenghuni. Sepanjang mata melihat hanya terlihat beberapa rumah tak beratap teronggok bersama rerumputan. Ada beberapa rumah yang sengaja dirawat untuk dipamerkan. Kami disajikan pemandangan asli bagaimana dahsyatnya erupsi tahun 2010. Jiwa semakin merinding ketika melihat foto-foto yang ditempel di beberapa sudut bekas hunian warga ini.

Aku terpesona dengan beberapa foto yang dipajang di beberapa sudut. Di dalam foto itu terlihat kepulan asap yang menjulang tinggi saat erupsi menghiasi puncak Merapi. Anehnya ada asap yang berbentuk seperti wajah. Ngga tahu itu wajah siapa.

Beberapa foto ini akan memberikan gambaran betapa dahsyatnya erupsi Merapi di tahun 2010 lalu.

Setelah itu kami diajak ke sebuah kawasan yang terdapat sebuah batu besar menyerupai kepala manusia. Ini adalah kedua kalinya aku ke tempat ini.

Tidak tahu dari mana asalnya, batu itu tiba-tiba berada di kawasan itu pasca erupsi. Mungkin saja batu itu terbang dari mulut gunung Merapi atau menggelinding dan berhenti di tempat ini. Dari jauh, batu ini menyerupai wajah manusia yang sedang tertidur. Dari kawasan ini kita hanya bisa melihat pemandangan perbukitan di bawah kaki gunung Merapi. Hijau dan memanjakan mata. Ah, ini saat yang bagus untuk selfie.

Di tempat ini, kami harus berhenti cukup lama, karena cuaca lagi berbaik hati menurunkan hujan dengan derasnya. Ada rasa berbeda melihat guyuran hujan di tengah hutan dan di bawah gunung seperti ini. Seram tetapi nagih.

Tempat terakhir, jeep membawa kami ke bekas bunker besar. Bunker ini berada di lapangan luas. Konon dulunya adalah bumi perkemahan, dan bunker ini digunakan untuk tempat menyelamatkan diri dari ancaman larva panas dan wedhus gembel.

Sayang, dahsyatnya erupsi 2010 tak mampu ditahan oleh bunker yang terlihat begitu kokoh ini. Kabarnya ada empat orang tewas terpanggang di dalam bunker ini. Kini bunker itu tidak bisa dipakai lagi, hanya bisa dilihat untuk menelusuri jejak erupsi.

Kawasan bunker inilah yang menjadi kawasan terdekat dengan merapi. Hanya berjarak tiga kilometer saja dari puncak gunung. Ini juga menjadi pembatas bagi kendaraan yang tidak diperbolehkan untuk mendekat ke puncak.

Di kawan ini juga lah terdapat beberapa warung yang menjual aneka makanan ringan. Termasuk kopi jahe merapi.

Suasana dingin yang tercipta karena hujan deras membuat minum jahe panas menjadi sebuah kewajiban. Kami memesan indomie dengan minuman jahe panas sambil memandangi puncak merapi yang tertutup oleh kabut.

Usai menyantap indomie, Merapi menampakkan wajahnya. Kami tidak mau ketinggalan momen, kami langsung berlari mengambil view terbaik untuk berpose. Berfoto dengan latar Merapi adalah tujuan utama dari perjalanan ini. Tidak hanya kami, tetapi juga semua wisatawan yang datang hingga ke puncak terdekat dengan merapi ini.

Ujung merapi yang berwarna hitam keabu-abuan dengan lambaian kabut yang bergerak di depannya semakin membuat kami bersemangat mengabadikan beberapa momen di kaki gunung. Sayang, kami hanyalah lima orang lelaki yang tak membawa pasangan. Serasa boyband dari Madura yang berpose dengan latar gunung Merapi.

Tertarik untuk berwisata menelusuri jejak erupsi merapi? Datanglah kemari dan nikmati sensasinya!

 

Categories: #ALAMelihat

ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

3 Comments

bukanrastaman · January 20, 2015 at 16:12

warung kopinya namanya apa mas, tertarik saya ngopi disana..


https://bukanrastaman.wordpress.com/

    Wahyu Alam · January 20, 2015 at 16:22

    Nama warungnya ngga ada nama khusus, sekadar warung kopi biasa. 🙂

makruf · December 18, 2014 at 05:10

Keren onggu len jelen ka merapi….
View indah sekali ya, kak….

Leave a Reply to bukanrastamanCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.