Menemukan Indonesia di Taipei Main Station

Published by ALAM on

taipei main station

Aula

Dua minggu pertama, aku bertanya-tanya, tentang keberadaan TKI di Taiwan. Banyak yang mengatakan di sini banyak TKI dari Indonesia. Namun hingga dua minggu pertama, tak satu pun aku melihat ada TKI di sekitaran kampus.

Apa mungkin aku yang kurang pergaulan?

Sepertinya jawabannya BENAR, aku yang kurang pergaulan!

Di suatu kesempatan, aku mengunjungi Taipei Main Station (TMS) untuk pertama kalinya. Saat itu, ada acara pengajian dengan penceramah Yusuf Mansyur.

Ketika berada di dalam TMS, terlebih di jalur Y, maka aku tiba-tiba merasa sedang berada di Blok-M Jakarta. Bahkan aku beberapa detik sempat lupa kalau aku berada di Taiwan. Orang-orang yang aku temui, kebanyakan orang Indonesia. Mulai dari pemuda yang sedang berpacaran, ibu-ibu, hingga bapak-bapak yang sedang bersama istri dan anaknya.

Aku menemukan Indonesia di TMS. Bahkan ada satu hall besar yang merupakan tempat berkumpulnya TKI asal Indonesia. Hall besar itu biasa disebut dengan ‘AULA’.

Aku awalnya ngga paham dimana itu Aula, ternyata itu adalah sebutan yang sudah melegenda di sini. Aula adalah hall besar dan luas yang berada di salah satu gedung TMS. Banyak TKI yang duduk santai lesehan di Aula, bahkan tidak sedikit yang menjadikan tempat piknik lengkap dengan bekal makanan dari rumahnya. Semuanya tumplel-blek di Aula. Selain itu, di sekitar Aula mudah sekali menemukan wajah-wajah Indonesia.

Sayang, aku tidak menemukan TKI dari Madura yang aku kenal. Kebanyakan TKI berasal dari Jawa Barat seperti Cirebon, Bandung, tidak sedikit juga yang berasal Jawa Timur seperti dari Malang, Trenggalek atau Tulungagung.

Setelah lima bulan, akhirnya aku mendapatkan kontak tetangga desa yang juga berada di Taiwan. Beng Endeh dan Mas Yusuf adalah pasangan suami istri yang rumahnya sekitar 300 meter dari rumahku di Madura. Kami kenal dekat, tetapi baru sekarang tahu nomor telponnya.

Kami pun sepakat untuk ketemuan di Aula di hari Selasa saat libur tahun baru China.

Beng Endeh sangat antusias menemuiku. Aku pun begitu. Inilah pertemuan pertamaku dengan orang dari Madura. Ah, sudah seperti mau bertemu saudara sendiri. Bahkan, Beng Endeh akan memasak masakan Madura untuk bekal kita ketemuan sekaligus piknik.

Kalau sudah urusan dapat makanan gratis, maka tidak ada hal lain yang dapat diucapkan selain: AKU SIAP!

Sebenarnya pertemuan direncanakan hari Senin, namun karena Mas Yusuf sedang tidak enak badan, maka pertemuan diundur menjadi sehari setelahnya. Aku pun semangat menyambut hari Selasa. Aku bangun lebih pagi dari biasanya. Mandi, sholat dan kemudian langsung meluncur ke TMS.

Sebelum ke Aula, aku ke kantor PCINU Taiwan untuk sholat Dhuzur berjemaah. Aku datang tepat saat waktu Dhuzur. Sesuai prediksiku.

Usai pamitan ke Pak Ali, ‘bapak’-nya teman-teman PCINU, aku pun meluncur ke Aula. Sempat kesasar, karena kawasan Taipei Main Station ini adalah kawasan transportasi paling sibuk. Di bawah tanah ada jalur MRT yang terintegrasi dengan kereta dalam kota (TRA), kereta cepat (HSR), bis antar kota juga bis ke bandara. Semuanya fasilitas transportasi tersebut sudah tertata dengan rapi berdampingan dengan mall, toko konvensional, hingga warung makan Indonesia tersedia di TMS. Tepat di pintu R2 juga ada kantor PCINU Taiwan.

alam dan beng endeh

Aku biasa ke TMS untuk berkunjung ke PCINU atau sekadar cuci mata melihat kesibukan masyarakat Taiwan berbaur dengan TKI asal Indonesia.

Tak lama Beng Endeh dan Mas Yusuf datang. Mereka datang bersama teman kerjanya yang berasal dari Semarang. Kami pun memilih tempat di tengah-tengah Aula. Duduk lesehan dan bercerita A sampai Z. Bertemu tetangga kampung di tempat jauh itu sudah seperti saudara. Apalagi pas ditawari masakan Madura, rasanya itu bikin perut berpesta. Hehehe.

Usai makan bersama di Aula, Beng Endeh ingin tahu Chiang Kai-Shek Memorial Hall (CKS), tempat wisata yang tak jauh dari TMS. Hanya perlu melewati satu stasiun di jalur merah.

alam beng endeh

Di kawasan CKS yang ramai dengan pengunjung, kami berfoto dan melihat pantung raksasa Chiang Kai-Shek. Usai puas berkeliling, dan hari sudah sore, kami memutuskan untuk berpisah di stasiun CKS Memorial Hall. Aku pulang ke arah Gongguan, Beng Endeh, Mas Yusuf, dkk ke arah TMS dan kemudian akan dilanjut dengan naik bis menuju tempat tinggal mereka di daerah Dayuan, ke timur kota Taipei.

Begitulah kisah tentang TMS dengan Aulanya, kehidupan TKI, dan pertemuan dengan tetangga kampung di negeri jauh. Semuanya memberikan kesan tersendiri. Percayalah!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

4 Comments

itneN'Riyadi · January 14, 2018 at 10:15

Toko indo makanan di sebeleh mananya mbak

Abd Rosyid · February 19, 2016 at 06:41

kalau orang Madura ketemu orang Madura di manapun tempatnya, pasti tempat itu akan berubah menjadi madura.

oya Beng Endeh itu cewek ya…???

Erna · February 18, 2016 at 21:19

Pasti seneng banget ya nyobain masakan masakan Madura dinegeri orang.. Semacam makan makanan limited edition gituh

Rozi · February 15, 2016 at 13:12

Masih terdapat beberapa typo. 😀

Leave a Reply

Avatar placeholder