Menyapa Pantai Hutan Kera Nepa

Published by ALAM on

sungai nepa

Air terjun Toroan menjadi tujuan utama. Meski begitu, kami belum pernah ke sana. Pasrah mengikuti jalanan rusak dan bagus di pesisir pantai utara Madura. Menurut informasi dari seorang teman, sebelum sampai di air terjun Toroan, kami akan melewati hutan Nepa. Satu nama yang sering aku dengar dari orang-orang di Desa Kebun. Bahkan keluarga besarku, pernah datang ke hutan Nepa bersama rombongan sekeluarga dari Arab Saudi –majikan bibi—yang berkunjung ke Madura. Sayang waktu itu, aku harus masuk SD, jadi tidak bisa ikut keliling Madura.

Karena kepentingan Raden –baca: pulaumadura.com—memasukkan lokasi hutan Nepa ke Google Maps, maka kami memutuskan untuk berkunjung ke hutan Nepa. Untuk set GPS, ngga lebih. Waktu kami ngga banyak. Harus segera sampai ke air terjun Toroan. Karena kami membawa pasangan, ini adalah one-day-trip, jadi haram hukumnya bagi kami untuk menginap. Harus pulang!

Ngga ada pilihan lagi, kami harus meningkatkan kecepatan. Jalanan bagus dan jelek sudah biasa sepertinya. Sebentar bagus, sebentar jelek. Kami terus bergerak ke arah timur sampai sebuah gerbang membuat kami tersenyum: Selamat datang di Sampang!

Sudah masuk ke Sampang, sebentar lagi seharusnya memasuki hutan Nepa. Letaknya disebelah mana? Jangan tanya kami, tanya pada rumput yang bergoyang saja. Kami belum pernah, ini adalah perjalanan pertama kami. Sewaktu-waktu perlu blank-trip seperti ini. Klebun Anam aku tunjuk menjadi team-leader. Kami melesat ke arah timur.

Hingga tulisan Selamat Datang di Hutan Nepa membuatku harus menghentikan laju motor. Anam ngga melihat kami berhenti. Ia terus melaju ke timur. Kami yakin, ia pasti kembali. Benar saja, ia kembali.

Kami berdiskusi, apakah hanya berhenti berfoto di depan gapura, ataukah masih masuk satu kilometer ke dalam.

Setelah berpikir keras, akhirnya kami sepakat untuk masuk ke dalam. Ingat, hanya sebentar. Berfoto, set GPS, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Kami sepakat dan bergerak masuk ke arah utara.

Belum sampai di hutan Nepa, aku menghentikan motor. Aku melihat pemandangan indah. Ketika kami belok ke arah timur, tiba-tiba kami seperti disambut sungai besar yang juga mengikuti jalan berbelok dari timur ke selatan. Belokan sungai itu memberikan kesan cantik. Apalagi di sisi kanan dan kiri, terdapat pohon sebangsa mangrove yang memberikan batas antara sungai dan daratan. Pemandangan yang menarik dan lebih menarik jika diambil gambarnya. Kami berhenti untuk satu tujuan: berfoto.

Usai berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan sebentar. Kami disambut tukang parkir, dan deburan ombat langsung terdengar. Ucapan selamat datang juga menyambut kami. Lelah rasanya menunggangi motor selama dua jam dari Bangkalan. Aku berjalan sebentar ke utara, terlihat hamparan pasir yang begitu indah. Rasanya ngga kalah cantik dari pantai Lovina di Bali. Kepalaku tolah-toleh, mencari dimana hutannya. Sebuah pintu gerbang berwarna hijau menjadi pintu masuk ke hutan.

pantai nepa

Jika melihat kecantikan pemandangan di hutan Nepa ini, rasanya ngga akan sebentar di tempat ini.

Saat kami menyusuri hutan Nepa, terlihat beberapa pepohonan berjejer rapat, sekilas memang seperti hutan. Sedikit disayangkan, banyak sampah yang bercecerah di bawah pepohonan. Mungkin sampah dari laut, atau sampah dari pengunjung. Meski begitu ada yang menarik, hutan ini berada di bibir pantai. Jadi sensasi berada di tengah hutan tetapi mendengar deburan ombak, ya di sini tempatnya.

Aku ngga begitu paham jenis pohon yang berada di hutan Nepa ini, yang jelas hutan ini dibicarakan banyak orang karena banyak monyetnya. Maka tidak sedikit yang menamakan hutan Kera Nepa. Namun sepanjang kami mengelilingi hutan, tak satu pun kami melihat kera. Menurut tukang parkir, ada mantra khusus jika ingin memanggil kera. Ia sempat menyebutkan mantranya, namun susah diingat. Bahasa Madura bukan, bahasa Jawa bukan. Entahlah. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memanggil kera itu. Namun yang jelas, pemandangan di sekitar hutan Nepa ini begitu indah.

Hamparan pasir putih tersaji di sepanjang mata melihat. Deburan laut jawa menghantam pasir seperti nyanyian dari surga. Sayang kami tiba di tempat ini tepat pada siang hari. Matahari tepat berada di atas kepala kita. Pemandangan sunrise dan sunset di tempat ini, pastilah sangat bagus. Jadi jika datang ke pantai Nepa, datanglah pada sore hari. Niscaya pemandangan sunset menjadi hiburan tersendiri.

Jika ke pesisir utara kabupaten Sampang, jangan lupa singgah di destinasi yang satu ini. Ke Pantai Hutan Kera Nepa. Ya, sekarang aku lebih suka menyebut tempat ini Pantai Hutan Kera Nepa. Terlalu panjang? Kurasa tidak!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

0 Comments

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.