Pendidikan yang Kreatif a la Belanda

Published by ALAM on

Wajah-wajah tegang saat presentasi paper. ^-^

Setelah presentasi paper pertama kalinya yang super tegang di UGM ini. Sekarang saatnya keliling kampus UGM nih *biasalah, orang ndeso dari Madura*. Di tengah perjalanan ke tempat parkir motor, aku mendapatkan sms dari Pak Yusuf (dosen UTM yang sedang menjalani beasiswa kursus IELTS di UGM). Beliau mengajakku dan Aris untuk datang ke Holland Education Fair. Sebelumnya aku pernah datang ke pameran pendidikan Jepang di Surabaya.

Setelah mengisi formulir pendaftaran, kami langsung diberikan tas yang berwarna oranye *Belanda banget euy* berisi buku, majalah dan cd tentang pendidikan di Belanda. Di dalam ruangan dengan luas sekitar 10×10 meter hadir beberapa booth dari berbagai universitas dari Belanda. Mereka datang langsung ke Indonesia, demi pameran yang hanya diadakan di tiga kota di Indonesia ini.

Aku, Aris dan Pak Yusuf berpencar. Pak Yusuf datang ke stan kampus tertua di Belanda yaitu Leiden University, Aris pergi ke stan Wageningen University, aku memilih datang ke stand nuffic neso Indonesia. Warna oranye hampir mewarnai furniture di stand ini, mulai dari meja, kursi, kaos panitia, sampai boneka yang dipeluk oleh salah satu panitia-pun berwarna oranye. Aura Belanda sangat terasa ketika aku duduk di stand ini.

Aku tanya tentang sistem pendidikan di Belanda. Seorang cewek cantik dengan sabar memberikan jawaban dengan lengkap dan jelas. Menurutnya di Belanda tersedia dua jenis pendidikan tinggi, yaitu universitas riset (universiteit) dan universitas ilmu terapan (applied sciences/hogeschool). Universitas riset bertujuan melatih peserta didik untuk mampu melakukan kerja riset secara mandiri sementara universitas ilmu terapan lebih bertujuan mempersiapkan peserta didik untuk siap bekerja pada jenis pekerjaan tertentu. Terdapat bentuk lain dari instituti pendidikan tinggi Belanda, yang umumnya lebih kecil yaitu institusi pendidikan internasional yang diperuntukkan bagi para mahasiswa asing di Belanda.

“Wah, keren juga kalau belajar di Belanda”. Kataku sambil mengangguk-anggukan kepala bertanda menyimak pembicaraan mbak cantik tadi.

Mbak cantik tadi lantas meneruskan pembicaraannya. Sambil sesekali bahunya terangkat ia mengatakan pendidikan tinggi di Belanda memiliki reputasi dunia dengan kualitas tinggi. Pada 4 Desember 2009 dokumen revisi Code of conduct berkaitan dengan siswa internasional di perguruan tinggi Belanda diberlakukan.

Dokumen Code of conduct?, apa itu mbak, tanyaku sambil mengernyitkan alis.

Code of conduct ini memberlakukan standar bagi perguruan tinggi Belanda dalam berurusan dengan para siswa internasional. Dengan menandatangi Code of conduct tersebut, institusi-institusi menawarkan jaminan kualitas dari program-program mereka dan prosedur rekrutmen. Penerimaan, serta konseling bagi siswa international. Hanya institusi-institusi yang telah menandatangi Code of conduct yang diperbolehkan menerima murid-murid internasional . Katanya tegas.

Ternyata Belanda sangat memperhatikan kualitas pendidikannya. Buktinya mereka sampai membuat dokumen Code of conduct ini. sebuah langkah yang sangat kreatif menurutku.

Tidak hanya itu, kreativitas pendidikan di Belanda juga sangat terlihat ketika di dalam kelas. Adegan film Legally Blonde, dimana dosen senang bertanya a la Socratic Method pada sang muridnya korbannya? Murid dibiarkan berkeringat dingin menjawab cercaan dosen yang tak kunjung berakhir. Tidak berbeda jauh, belajar di negeri kincir angin juga akan lebih sering berdiskusi dan berkelompok. Karena bagi mereka lebih baik berdebat untuk memutuskan sesuatu daripada memutuskan sesuatu tanpa berdebat.

***

 

Referensi:

  1. Gambar bawah:http://www.ncdemocracy.org
  2. Buku life and study www.studyinholland.nl
  3. Novel Negeri van Oranje

ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

Millati Indah · May 1, 2012 at 04:02

kayaknya kalo saya kuliah di Belanda bakalan setres berat karna gak biasa debat.

Miftah · April 30, 2012 at 15:50

Ya memang pendidikan kita mesti ada revolusi, tak hanya mementingkan lulus dan mendapatkan ijazah tapi tak punya daya saing. Kita mesti lebih kreatif , jangan asal meniru, tapi juga mesti pakai rumus ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Semoga kelak kita bisa melihat generasi Indonesia yang berdaya saing Internasional. Amin

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.