Pesona Borobudur yang Mengagumkan

Published by ALAM on

IMG_6682

Belum telat. Masih ada waktu 15 menit lagi untuk datang ke loket. Beli tiket dan masuk ke area Borobudur. Aku dan meninggalkan rombongan SMAN 4 Bangkalan, berbegas, setengah berlari menuju loket. Aku sudah ngga peduli berapa harganya. Aku hanya fokus bisa masuk dan bisa menyaksikan salah satu peninggalan penting sejarah bangsa besar ini. Aku bersama Adik dan Toni, kawan dekatku beranjak mengikuti tanda arahan menuju kawasan wisata.

Borobudur. Sebuah bangunan besar di Magelang ini aku tahu dari buku IPS saat SD. Gambarnya tertuang indah menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia. Ya, memang ajaib bangunan ini.

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan. — Wikipedia

Akhirnya, aku bisa melihat bangunan besar seperti tumpukan batu berwarna abu-abu dan tersusun rapi seperti begiu terencana. Aku terpukau. Memang ada kesan luar biasa saat pertama kali mengunjungi tempat baru.

IMG_6669

Tidak hanya kagum dengan bangunan Borobudur yang penuh dengan ukiran, aku juga terkagum dengan area wisata yang tertata rapi. Bersih, sejuk dan penuh dengan rimbunan pohon di kiri kanan. Rasanya ingin berlama-lama di sini. Santai atau sekadar membaca buku. Tapi kali ini bukan waktu yang tepat, karena kurang dari 30 menit Borobudur harus steril saat menjelang Maghrib.

Adikku dan Toni sibuk untuk mengambil gambar dari berbagai sudut, dengan berbagai gaya dan angle kami berpose. Mulai pose sendiri, berdua, bertiga, hingga berpose dengan bule yang datang untuk menikmati pesona borobudur. Kami kelilingi, dari lantai pertama, kedua hingga paling atas. Beberapa kali sempat ditegor oleh Polisi ternyata tidak boleh menaiki stupa meski hanya untuk berpose. Toni yang merasa kedinginan dan hawa yang sejuk, mengeluarkan sebatang rokok. Aku diam saja, sepertinya tidak ada masalah. Namun, lagi-lagi Polisi atau petugas keamanan yang berjaga mengingatkan atau bahkan memberi peringatan untuk tidak meroko dalam area candi. Aku beberapa kali mengambil beberapa botol air mineral yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja. Aku sangat benci melihat itu, tanpa komando, aku ambil dan menaruhnya di tempat sampah.

Matahari sore terbenam dengan begitu indahnya, menyelesaikan petualangan kami di Borobudur. Waktu 30 menit sebenarnya sangat kurang, tapi cukup memuaskan batin kami, bisa menyaksikan warisan sejarah leluhur bangsa.

***

IMG_6712


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

7 Comments

Indah Juli · July 16, 2013 at 12:53

Masukkin tangan ke salah satu stupa kepala di Borobudur, nggak?
Katanya kalau berhasil masuk dan meraih kepalanya, bakal banyak rejeki dan enteng jodoh 😀

M. Faizi · July 13, 2013 at 13:04

Eh, kalau selesai di Borobudur dan kita mau pulang, apakah masih harus mengitari jalanan yang penuh dengan penjual sovenir itu? Jaraknya sangat jauh dan bikin puyeng. Tahun 2011 lalu saya ke Borobudur, tetapi tidak masuk ke dalam, cuma di luar saja.

Pengalaman di dalam sudah, jadi sekarang pengalaman di borobudur di luar saja 🙂

    Wahyu Alam · July 13, 2013 at 13:23

    Masih boleh. Banyak juga souvenir yang menarik. 100 ribu dapat 8 kaos! :))

Budiono · July 13, 2013 at 10:53

wah sudah lamaaaaa gak ke borobudur ini, seingetku dulu jaman SD atau SMP, wisata ke sini

    Wahyu Alam · July 13, 2013 at 11:21

    Waah. harus datang lagi. Nunggu si kecil bisa jalan sekalian. Mengenalkan sejarah bangsa kepada anak-anak. #SokBijak

Wahyu Alam's | Candi, Hutan dan Sungai · August 29, 2013 at 07:18

[…] saya yang mengunjunginya akhir bulan Juni lalu, candi Borobudur lebih dari sekadar tempat wisata sejarah kontemporer, tetapi juga wisata alam yang […]

Lambaian Awan di Atas Merapi - Wahyu Alam · July 13, 2013 at 11:10

[…] sudah puas mengunjungi Borobudur. Hari ini, jadwal selanjutnya adalah […]

Leave a Reply to Wahyu AlamCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.