“Sebenarnya, Saya-lah yang banyak belajar!”

Published by ALAM on

Pagi itu, aku piket. Aku berangkat pagi dan baru mengajar jam ketiga. Artinya ada dua pelajaran kosong. Setelah membereskan koneksi internet di sekolah, aku melihat Pak Fauzi di ruang kerjanya. Sebelumnya, aku mempersiapkan kalimat yang akan dilontarkan ke Pak Fauzi. Bahkan aku seperti lelaki yang mau mengucapkan ijab kabul pernikahan saja, aku berlatih dari sejak di atas motor. Akhirnya, latihan sudah, dan waktunya untuk melakukannya. Aku masuk dan berbasa-basi terlebih dahulu, menanyakan tentang internet. Dan akhirnya aku memulai sebuah kalimat dengan terbata-bata.

“Pak, ada yang mau saya bicarakan!”  ucapku sedikit grogi dan penuh rasa hormat.

“Ya, silahkan. Apa.” Balas Pak Fauzi sambil memperbaiki duduknya, dan menghadapkan tubuhnya kepadaku.

Kalimat yang aku persiapkan sejak jauh-jauh hari, bahkan kalimat ini sering menghiasi perjalananku di motor mau aku lontarkan. Saat pertanyaan basa-basiku selesai, saat aku mengajak pak Fauzi menghadap kepadaku, dengan suara sedikit gemetar tapi mantap keluar: ‘Pak Fauzi, saya hanya bisa mengajar di SMA 4 sampai akhir semester ini’, ujarku gugup. Kalimat itu mengalir begitu saja tanpa bisa aku bendung.

Jelas ada sebuah ketakutan dan kekhawatiran dari hatiku. Aku takut Pak Fauzi marah dan tidak bisa memberiku ijin, aku khawatir jika aku salah bicara. Bagaimanapun, aku sangat menghormati pak Fauzi. Beliau adalah pemegang tambuk utama di sekolah untuk hal kegiatan belajar mengajar. Karena beliau adalah wakil kepala sekolah untuk urusan kurikulum dan semua kegiatan yang berhubungan dengan akademik.

Untunglah, jawaban Pak Fauzi melegakan jiwaku. Beliau juga sangat mendukung meski sebenarnya sedikit keberatan. Tapi demi kebaikanku, Pak Fauzi mempersilahkanku untuk tidak mengajar lagi semester depan.

Keluar dari ruangan Pak Fauzi, aku lega, senang dan tiba-tiba sedih. Aku takut menghadapi respon anak-anak. Aku akan merasakan hari-hari terakhir menjadi guru di SMAN 4 Bangkalan. Yang jelas, aku bangga sudah pernah menjadi bagian dari SMA yang lagi berkembang ini.

guru laki laki SMAN 4 BangkalanDari kiri: Pak Makhrus, Adi, Israwan, Idris, Imam, Fauzi, Hartono dan saya

19 Desember 2013

Pagi itu matahari masih tertutup awan. Daun-daun di kebun dekat rumah tampak basah karena hujan lebat kemarin.

Aku bergegas ke sekolah seperti biasa. Nyaris sama. Tak ada yang istimewa. Namun, inilah terakhir kali aku menarik pedal gas motor dengan menyandang status guru TIK.

Hari ini aku ingin melepas status lajang, eh salah. Maksudnya melepas status sebagai guru TIK di dua sekolah. SMA Muhammadiyah 1 Bangkalan dan SMAN 4 Bangkalan. Tanpa terasa sudah lebih dari setahun aku mengabdi. Sepanjang perjalanannya aku merasa nyaman sekali. Hingga di masa akhir seperti ini, aku merasa berat. Memang perpisahan itu terasa berat. Tapi ya harus dilakukan. Bismillah!

Foto kegiatan saat di SMA Muhammadiyah 1 Bangkalan

Di SMA Muhammadiyah, tak ada class meeting, yang ada hanya segelintir siswa, ya karena memang segelintir yang berada di sekolah. Mereka langsung berebut masuk lap komputer saat aku membuka pintunya. Aku mencetak nilai-nilai mereka, setelahnya aku mencetak dua surat cinta untuk dua perempuan hebat. Adalah Bu Nasuha sebagai kepala Smamba dan Bu Ninik kepala Smanpaba. Keduanya kuanggap seperti ibu sendiri.

Aku masuk ke ruangan keduanya, aku berbicara, aku mengucapkan dua hal penting dalam berkomunikasi: terimakasih dan mohon maaf. Aku berterimakasih karena telah dibimbing selama menjadi guru dan mengucapkan mohon maaf jika ada salah baik sengaja ataupun tidak.

Sederhana. Tapi ya harus diucapkan. Diluar rencana juga saat keduanya ternyata menyiapkan “pesta perpisahan” di hari Sabtu bersamaan. Memang di pertengahan UAS biasanya sekolah mengadakan acara pentas seni. Bahkan di Smanpaba, acara dibuat besar-besaran dengan digabung dengan pembagian raport, pentas seni, pameran, dan bazar. Mereka menambahkan satu lagi yang sebenarnya ngga penting: perpisahannya Pak Wahyu. Sayang, dua acara itu berbenturan dengan HUT komunitas yang lagi kupimpin Plat-M. Ngga mungkin kutinggal. Aku jelaskan semua dan tentu memohon maaf. Mereka kecewa? Pasti! Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tetapi mereka memakluminya.

Aku berpamitan ke beberapa guru yang masuk. Mereka menyayangkan tetapi juga ikhlas melepasku. Siapa aku, bukanlah orang yang berpengaruh. Aku hanyalah guru GTT yang mengabdikan dirinya mengajar. Aku ngga berharap terlalu berlebihan. Namun, kehangatan mereka di hari spesial ini membuatku terharu. Senyumannya berbeda dari biasanya, mengandung berjuta makna tanpa bisa kuartikan. Teman, bapak, ibu guru, terimakasih atas bimbingannya selama ini. Aku merasa nyaman kerja sama dengan kalian semua. Tetaplah mendidik. Aku titip anak-anak.. Merekalah yang sebenarnya lebih penting. Didiklah mereka. Agar mereka bisa punya pengetahuan dan akhlaq yang baik.

Dear anak-anak, mohon maaf bapak merahasiakan kepergian bapak. Bapak tidak ingin mengganggu pikiran kalian saat menjelang UAS. Bapak hanya ingin kalian bisa fokus mengerjakan UAS. Nanti akan ada guru pengganti yang jauh lebih baik dari bapak. Ingat, jangan pernah membanding-bandingkan guru. Selalu semangat belajar, dan masih ingat kan pesan yang bapak sampaikan lewat cerita “the power of kepepet” dan “se laen dheddih”? Ambil hikmahnya. Bapak mohon pamit dan mohon maaf apabila ada kesalahan selama mengajar. Memang, bapak mengajar kalian, tapi yang benar bapaklah yang banyak belajar dari kalian.

Bapak ngga kemana-mana, bapak sudah mewajibkan kalian punya twitter, kalau ingat bapak, sapalah di twitter. Pasti bapak balas. Belajar yang rajin ya. Raih cita-citamu, guys!

Terakhir, terimakasih kepada Bu Ninik yang sudah membimbing saya, Pak Fauzi, Pak Israwan, Pak Makhrus, Bu Firqoh, Bu Anik, semuanya. Tanpa bisa saya sebutkan satu persatu. Maafkan saya jika ada salah-salah kata selama berada di sekolah!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

1 Comment

Budiono · December 20, 2013 at 08:05

terharu membaca kisah ini

Leave a Reply

Avatar placeholder