Smartphone, Jam Tangan dan Performa Diri

Published by ALAM on

“Siapa di sini yang tidak punya smartphone?”, tanya dosenku di depan kelas.

Tak ada seorang pun yang ngacung. Artinya, semua penghuni kelas mempunyai smartphone.

“Siapa di sini yang tidak pakai jam tangan?”, lanjut dosenku.

Kali ini, setidaknya ada lima orang yang mengacungkan tangan.

“Itulah kenapa orang Indonesia itu suka telat. Mereka lebih suka membeli smartphone daripada jam tangan. Mempunyai smartphone telah menjadi budaya bagi masyarakat kita. Bukan berarti punya smartphone itu tidak baik. Bukan. Tetapi punya smartphone juga harus pintar menggunakannya. Bukan sekadar untuk pamer dan gengsi. Akan lebih baik lagi jika kita juga menggunakan jam tangan. Ya, benar, jam tangan. Agar kita juga bisa menghargai waktu. Sehingga tidak gemar datang telat dan mengulur waktu seperti karet.” Dosenku mengakhiri ceramahnya.

Ada benarnya juga apa yang dibilang seorang dosen di atas. Terkadang kita lebih memerhatikan harga diri daripada performa diri.

smartphone

Aku juga suka jengkel dengan pola hidup teman-teman belakangan. Tangan mereka seperti lengket dengan smartphone tetapi tidak sejalan dengan performa. Sudah punya smartphone, tetapi belum bisa memanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas diri. Bagaimanapun, teknologi ada untuk membantu pekerjaan manusia bukan sebaliknya.

Selain smartphone, ada produk teknologi yang harus dipunyai masyarakat Indonesia masa kini. Produk teknologi itu adalah jam tangan.

Jam tangan bukan sebagai aksesoris pelengkap fashion. Tetapi juga bermanfaat untuk mengontrol jadwal dan waktu kita sehari-hari. Ketika kita memakai jam tangan, maka dengan mudah kita mengingat waktu sehingga tak akan ada lagi lupa janjian atau datang telat kuliah.

Disiplin, disiplin dan disiplin. Kata itu akan mampu memberikan efek yang sangat besar bila secara sadar dilakukan setiap individu. Sayangnya hal tersebut masih sangat jauh dari harapan ketika menengok kebiasaan kebanyakan orang Indonesia. Contoh kecil adalah ketika seseorang membuat janji atau menghadiri sebuah acara. Pemandangan umum ditemui ketika sebuah acara molor gara-gara para undangan belum hadir sesuai jadwal.

Sehingga H+1jam menjadi rumus yang lazim terjadi di sekitar kita. Ada banyak hal yang bisa dilakukan agar tidak disebut sebagai si tukang telat. Beberapa tipsnya menurut bisnis.com adalah:

Tidur nyenyak

Jika Anda mengalami kesulitan bangun pagi, maka tidurlah lebih awal agar waktu tidur ANda cukup, dan bangun akan tetap segar. Tidur yang cukup sangat penting untuk fungsi otak yang maksimal pula.

Beri waktu cukup untuk bersiap-siap

Jangan melakukan sesuatu secara terburu-buru. Berikan diri Anda cukup waktu untuk menyelesaikan tugas sehari-hari Anda dan bersiap-siap untuk bekerja. Atur hari Anda dengan mencatat daftar janji dan tugas dengan jelas.

Berhenti mengandalkan alarm

Jangan biasakan menekan tombol snooze di alarm Anda. Karena itu akan membuat Anda terbiasa dan mulai mengabaikan peringatan alarm.

Atur jam sepuluh menit awal

Mengatur jam Anda sepuluh menit lebih awal, agar Anda memiliki waktu lebih untuk bersiap-siap.

Bagiku, yang paling penting agar tidak telat dengan melakukan hal terkecil: memakai jam tangan! Aku suka memakai jam tangan dengan gaya trendi dan warna gelap, sehingga cocok dengan pakaian warna apa saja. Di www.blanja.com terdapat banyak model jam tangan. Mulai dari yang kasual, mewah hingga yang sporty. Tergantung bagaimana keseharian kita masing-masing.

Jadi gunakanlah teknologi sebagai media untuk meningkatkan performa diri.


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

3 Comments

niyasyah · June 18, 2015 at 09:50

aku hampir selalu pake jam tangan dari lama. bahkan jam tanganku usianya udah 13tahun 😀
beberapa orang menganggap aku tergolong model orang jadul yang kemana-mana tetap pakai jam tangan. padahal di smartphone sudah ada jam. tapi ya gimana? aku lebih nyaman dan terasa mudah memantau waktu dari jam tangan ketimbang smartphone…

    Wahyu Alam · June 25, 2015 at 10:30

    It’s true, Niy! lebih suka lihat lengan kan. Praktis. Berarti smartphonenya taruh dilengan saja yah. Eh.

ahmadfaza · May 6, 2015 at 08:35

oh intinya blanja 🙂
makin pinter aja mas ini bikin postingan
belanjaain dong mas 🙂

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.