Teknologi Punya Hati, Atau Hati Punya Teknologi?

Ilustrasi: I’m a Technology

Kedua speaker di kanan dan kiri dengan semangat mengeluarkan suara lagu-lagu religi dari “buku catatan elektronik” ini. Secara otomatis jari jemari menggerayang di atas keyboard untuk menekan tombol satu demi satu sesuai keinginan hati dan pikiran yang berkolaborasi memunculkan kalimat demi kalimat. Sepinya ruangan, sepinya hati, sepinya batin, menambah mudah untuk merangkai huruf demi huruf sehingga tersambung menjadi suatu kalimat yang bisa menginspirasi pembacanya.

Sebuah buku tulis, ponsel, mouse dan segelas teh terdiam seolah menyimak pembicaraan antara hati dan pikiran yang seolah memecah keheningan malam. Selama berbulan-bulan rasanya hati ini tidak henti diuji dengan rasa takut, galau, pesimis, marah, susah dan merasa terbebani. Ingin rasanya melupakan semua yang ada di depan mata dengan pergi ke negeri sebelah agar semua pekerjaan, beban dan perasaan yang mengrogoti hati ini hilang. Tapi tindakan ini terlalu lucu bagi seorang lelaki yang seharusnya bisa memimpin. Memimpin diri sendiri rasanya lebih sulit dari pada memimpin banyak orang. Maka dari itu pemimpin harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Bagaimana bisa memimpin diri sendiri dan orang lain jika di dalam hati ini terdapat banyak bug yang harus segera di perbaiki. (more…)