Toleransi Taiwan, Republik Ceko dan Madura

Published by ALAM on

restoran jepang di Taiwan

Makan malam bersama menjadi acara yang biasa diadakan oleh Profesor untuk mengakrabkan sesama anggota Lab. Kemarin sudah mengadakan acara makan malam bersama Profesor. Kami berniat untuk makan malam bersama tanpa Profesor. Hehehehe. 😀

Inisiatornya adalah Anson dan Mikel. Mereka berdua bersemangat sekali, apalagi rencana banyak teman satu lab yang ikutan untuk makan malam bersama.

Anson sudah memesan tempat. Menuruti permintaanku, kita berangkat setelah waktu sholat Maghrib. Sayang, tidak banyak yang ikut. Awalnya hanya berempat saja. Tapi di tengah perjalanan, satu orang juga sibuk, akhirnya terpaksa, kami pun bertiga berangkat ke tempat yang sudah dipesan oleh Anson.

Kami keluar dari kampus sesaat setelah turun hujan. Bahkan si Mikel membawa payung dari Lab, tetapi tidak berguna karena hujan telah berhenti. Tak lupa kami harus memakai jaket. Udara dingin usai hujan lebih menusuk ke pori-pori kulit.

Restoran yang dipesan Anson berada di kawasan Gongguan. Kawasan ini selalu ramai oleh mahasiswa yang mengerumuninya di setiap malam. Apalagi berada di kawasan kampus, membuat pasar malam di Gongguan dihiasi oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai negara.

Aku biasa ke Gongguan untuk membeli berbagai kebutuhan sehari-hari. Karena aneka toko berjejer di kawasan ini. Selain itu, adanya station MRT, terminal Bis, toko sepatu, kaos kaki, cafe, mini market, toko parfum pedagang asongan, hingga restoran tumpek blek di satu kawasan. Ditambah, karena langsung berhadapan dengan kampus NTU dan dekat dengan kampus NTUST dan NTNU membuat Gongguan menjadi salah satu nadi kehidupan kota Taipei.

restoran jepang di Taiwan 2

Tapi malam ini, kami bertiga tidak akan makan di kaki lima. Kami akan makan di salah satu restoran Jepang. Letaknya tidak jauh dari kawasan pasar malam.

Ketika memasuki restoran, suasananya langsung berubah. Lampu dan ornamen yang dipasang membuat kita sekilas berada di Tokyo. Pelayan datang, seperti biasa ia memberi buku menu. Tetapi ada yang menarik, ia juga memberikan iPad dengan aplikasi pemesanan. Kami harus melakukan pemesanan via iPad. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menentukan mana yang perlu kita makan atau tidak.

Restoran ini banyak menyediakan seafood ala Jepang. Aku memesan seafood. Sedangkan Mikel karena negaranya tidak punya lautan, ia alergi seafood. Mikel memesan barbeque dan olahan daging lainnya. Tidak lupa sayuran dan nasi. Kami sepakat memilih nasi goreng seafood untuk makanan utama.

Untuk minuman, mereka sempat malu-malu mau memesan bir. Aku tegaskan dari awal, aku tidak makan babi, daging dan bir. Mereka pun sangat memaklumiku. Aku memilih pesan air putih dan Coca Cola. Setelah mereka izin kepadaku ingin memesan bis, mereka pun pesan bir yang paling mahal di restoran ini.

makan malam bersana Anson dan Mikel

Indahnya toleransi ya. Satu orang Taiwan, satu orang Republik Ceko yang satu dari Madura. Jadilah foto seperti di atas. Minuman mereka berwarna kuning keemasan, minumanku gelap khas Coca Cola.

Kami larut dalam perbincangan. Mikel bercerita tentang kampung halamannya di Republik Ceko. Bahkan ia membuka Google Maps di ponselnya Anson, dan menunjukkan rumahnya via Google Street View. Begitu juga dengan Anson. Mereka berdua anak kota, rumahnya bertingkat dan berada di tengah kota. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan rumahku yang di kampung. 🙂

Dengan bangga, aku juga tunjukkan rumahku di desa Kebun. Untunglah beberapa saat sebelum aku berangkat ke Taiwan, mobil Google sudah mempir ke rumahku. Datanya sudah dimasukkan, sehingga aku bisa menunjukkan kondisi desaku yang lebih mirip dengan hutan jika dilihat dari ponsel. Banyak kawasan hijau. Aku sedikit mengenalkan keindahan Madura. Mereka sepertinya tertarik, semoga bisa ke Madura suatu saat nanti. Ikut acara Len-jelen bersama nak-kanak Plat-M.

Makan malam ini masih dalam rangka kelulusan Anson, ia ingin mentraktir kami, tetapi aku sepakat dengan Mikel untuk menyumbang. Karena kami tahu, harga makanannya lumayan. Apalagi kami hanya bertiga. Anson sempat menolak dan tidak enak, ia awalnya berniat mentraktir kami, tetapi Mikel dan aku berhasil membujuknya untuk menerima uang kami. Sempat tarik-ulur seperti ibu-ibu di Madura, tetapi Anson akhirnya kalah ketika aku ambil uangnya Mikel, aku satukan dengan uangku dan memasukkan ke dompetnya Anson. Selesai.

Itu lah, makan malam bersama kedua teman baru di Lab. Mulai dari bercerita kampung halaman, belajar toleransi hingga tradisi ibu-ibu di Madura pun ikut kami praktikkan.

Semoga kami bisa bertemu lagi, di masa mendatang. Amin.

 

** Foto restoran: http://takeshi0312.pixnet.net/blog/post/42184151###


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

4 Comments

Fajar Caem · March 30, 2016 at 12:06

ada dmna skrg? n krja di luar negeri kah?

    ALAM · March 30, 2016 at 16:40

    Saya masih kuliah di Taiwan, kak. Semoga nanti bisa ketemu lah ya.

Fajar Caem · March 30, 2016 at 12:04

kerja dmna kmu sekrng… mas bro??? lama tak jumpa.

intanrawits · February 26, 2016 at 05:56

lagi studi s2 atau s3 mas?salam kenal ya

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.