Warisan Kuliner Madura #2: Tiga Kabupaten, Setengah Hari!

Published by ALAM on

Sumenep sudah kami kelilingi, Mobil kami bergerak menuju barat Sumenep. Tiga Kabupaten dalam setengah hari harus bisa dieksplorasi. Pamekasan, Sampang dan Bangkalan adalah target kita selanjutnya. Nase’ Jejjen di Pamekasan, Nase’ Kobel dan Bebek Songkem di Sampang, dan Nase’ Serpang di Bangkalan.

Menempuh perjalanan 45 menit kita sudah sampai di kota Pamekasan. Di sana, kita sudah ditunggu dua orang blogger Plat-M Pamekasan. Mereka menunggangi Vega ZR biru membawa kami ke penjual Nasi Jejjen yang berada di daerah Gadin.

Penjual nasi Jejjen yang lain juga ditunjukkan teman Plat-M Pamekasan.

Kota sudah kita eksplorasi, kita belum menemukan makanan yang lebih khas dari pada nasi Jejjen. Vega ZR memberi petunjuk kepada kami untuk bergerak ke arah utara Pamekasan. Semakin ke utara, jalanan menanjak. Kita benar-benar memasuki kawasan perbukitan. Di daerah Ponjuk kita bisa melihat kota Pamekasan dari atas.

Xenia Abu-abu berhenti di pinggir jalan. Kami dihibur oleh pemandangan yang tersaji begitu saja. Alam seolah sedang baik hati menunjukkan titahnya. Udara sejuknya serasa berada di Garut. Madura rasa Garut. Kami berkunjung ke warung Nyantai yang berada di bibir bukit. Dari atas gardu yang disiapkan kami bisa melihat indahnya pemandangan. Tanpa berpikir, kami memesan kelapa muda dan menu unik yang ada di daerah perbukitan ini: Nasi Tenggeng. Artinya nasi singkong.

Nasi Tenggeng ini disajikan dengan soto daging yang segar.  Puas menikmati kuliner unik dengan paduan tempat yang sempurna ini, kami turun bukit. Ngga jauh dari warung Nyantai kami menikmati soto kikil.

Soto Kikil Pamekasan mirip seperti Kaldu kokot di Sumenep, hanya saja kuahnya ngga pakai kacang hijau.

Soto kikil adalah menu terakhir kita di Pamekasan. Sampang sudah menunggu dengan nasi Kobel dan bebek songkemnya. Sejam dari Pamekasan, kami sudah sampai ke Sampang. Sayang, kami datang terlalu siang. Sekitar jam dua siang. Nasi Kobel baru bisa dinikmati pada jam lima sore.

Bebek Songkem pak Salim menjadi menu satu-satunya yang bisa kita eksplorasi di Sampang. Bebek yang dipilih adalah bebek muda, kemudian dikukus menggunakan daun pisang dengan bumbu bercampur banyak cabai. Karena masih muda, jadi membuat dagingnya empuk bahkan tulang-tulangnya juga empuk.

Meninggalkan warung bebek Pak Salim yang punya 15 cabang di Jawa Timur ini, kami langsung meluncur ke Bangkalan.

Keluargaku sudah beberapa kali menelpon tentang kapan perkiraan aku sampai di rumah. Keluargaku sudah siap ketika aku dan tim sudah datang dan mendarat di rumah.

Tanpa basa basi, aku langsung mengajak tim ke dapur untuk belajar memasak makanan rumah. Tajin Madura dan Topa’ Ladha menjadi menu yang siap dibuat ke hadapan mereka.

Dengan sabar menjawab pertanyaan demi pertanyaan, bibi-bibiku, ibuku dan nenekku memasak dengan cekatan dua menu itu. Dengan peralatan tradisional seperti tungku kayu dan dapur beralaskan tanah.

Sekitar setengah jam semuanya sudah selesai dan tersaji lengkap di teras rumah. Dan tim wisata kuliner ini mencoba satu demi satu sajian. Ini pertama kalinya mereka mencicipi Topa’ Ladha dan tajin Madura.

Acara masak memasak di rumah menjadi akhir perjalanan eksplorasi warisan kuliner Indonesia.

**

Note: Jika gambar di twitter tidak tampil sempurna, silahkan refresh, atau tekan F5 pada keyboard Anda!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

Indah Juli · July 2, 2014 at 02:01

Di antara yang disebut di atas, baru bebek songkem yang kunikmati ^^

Umar Fadil · June 27, 2014 at 13:25

Bagus….
Di blogspot bisa gak ya di beri status twitter seperti diatas.

Leave a Reply

Avatar placeholder