Belajar dari Taipei tentang Akses Difabel

Published by ALAM on

wahyualam.com difabel di taipei

Rambu petunjuk letak lift khusus difabel di kawasan Taipei 101.

“Taiwan ternyata banyak difabel, ya?”

Begitulah pertanyaan Kemal, temanku yang juga baru sampai di Taiwan.

“Di Indonesia sebenarnya juga banyak, hanya saja di sini mereka punya akses. Sehingga di sini mereka beraktivitas seperti biasa.” Saide menyaut.

Aku hanya tersenyum saja mendengarkan perbincangan mereka. Kami bertiga akan menyelesaikan program Master di Taiwan selama setahun ke depan.

Akses. Saide benar. Difabel di Taiwan bebas beraktivitas tanpa perlu memikirkan harus lewat mana atau berpikir tersedia akses atau tidak. Karena kota Taipei begitu ramah untuk difabel. Hampir semua tempat di Taipei sudah dilengkapi dengan akses untuk difabel. Semua fasilitas telah dilengkapi dengan rambu-rambu yang memudahkan penggunanya, termasuk petunjuk fasilitas khusus yang dapat digunakan oleh difabel.

wahyualam.com disable in taipei

Parkir khusus kursi roda di kampus.

Ada banyak contohnya. Dimulai dari yang paling dekat, yaitu kampusku.

Seluruh area kampus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) telah dilengkapi  fasilitas untuk difabel. Mulai dari lift, toilet, hingga lintasan kursi roda tersedia di semua gedung.

Seluruh bangunan telah dirancang dari awal pembangunan untuk menyediakan akses dan fasilitas khusus bagi difabel. Sehingga semua mahasiswa difabel dapat pergi ke mana saja, termasuk ke gedung paling tinggi sekalipun. Salah satu hal yang unik di kampus adalah adanya lift menghubungkan dua lantai saja. Aku belum pernah melihat lift sependek ini. Dibuat khusus untuk melayani mahasiswa difabel yang ingin pergi ke kantin.

wahyualam.com sign difabel taipei

Petunjuk fasilitas taman yang ada di Daan Park, Taipei.

Aku sempat kagum dengan fasilitas yang ada di kampusku. Ternyata setelah berjalan-jalan ke berbagai tempat, aku menemui hal yang serupa. Semuanya telah dilengkapi dengan akses untuk difabel. Bahkan di taman sekalipun, ada akses khusus kursi roda, toilet khusus difabel dengan rambu-rambu yang jelas dan mudah dipahami.

Ternyata semua ini berawal pada tahun 1997.

Saat itu, pemerintah Taiwan sepakat untuk mengeluarkan aturan untuk memberikan akses, fasilitas  dan kebutuhan difabel. Perkumpulan difabel Taiwan tentu sangat bergembira. Inilah yang mereka tunggu-tunggu dari sejak lama. Mereka akhirnya mendapatkan hak yang sama seperti masyarakat Taiwan lainnya.

Setelah peraturan resmi diberlakukan, berbagai perubahan pun terjadi. Semuanya melengkapi fasilitas, akses dan kebutuhan untuk difabel. Sehingga difabel mendapatkan hal yang sama dengan masyarakat lain, termasuk di bidang kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan hak-hak sosial lainnya.

Akses, fasilitas dan kebutuhan difabel dijamin oleh pemerintah dan semua telah diatur oleh undang-undang khusus di Taiwan (Tsai, I-lun and Ho, Ming-sho, 2010).

wahyualam.com toilet difabel in taipei

Fasilitas toilet di pasar tradisional Yonghe, Taipei.

Peraturan yang dikeluarkan pemerintah telah mengubah paradigma masyarakat. Kini hidup berdampingan dengan kaum difabel merupakan gaya hidup. Karena mereka memang butuh akses. Sama seperti kita. Tak ada bedanya. Hal inilah yang coba disampaikan pemerintah Taiwan melalui kebijakan memberikan akses, fasilitas dan kebutuhan khusus bagi difabel. Menurut Taipei Year Book 2014, pemerintah Taipei melengkapi akses untuk difabel, seperti:

  • Bus berlantai rendah.
  • Bis khusus rehabilitasi dan taksi berkursi roda
  • Sepeda motor khusus dan penguatan fungsi trotoar
  • Proyek konstruksi parkir difabel
  • Rambu lalu lintas dan marka jalan.

Taipei memang menjadi rumah yang nyaman bagi difabel. Betapa tidak, begitu mudah melihat akses dan fasilitas khusus untuk difabel. Moda transportasi mereka dirancang sedemikian rupa agar difabel juga mudah bepergian kemanapun. Bus sudah dilengkapi tempat kursi roda, kursi khusus bahkan bis khusus berlantai rendah. Selain itu juga ada taksi yang dilengkapi dengan kursi roda, sepeda motor khusus, hingga fungsi trotoar benar-benar dapat dimanfaatkan. Selain itu, Taipei sangat serius melengkapi segala fasilitas mereka untuk semua orang, termasuk melengkapi rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.

Ketika keluar dari kampus, aku juga dengan mudah melihat rambu khusus dan marka jalan bagi difabel. Nyaris di semua tempat yang aku kunjungi menyediakan akses untuk difabel.

Aku punya pengalaman menarik ketika berkunjung ke tempat wisata bukit Xiangshan. Bukit sekaligus berfungsi sebagai taman yang ramai dikunjungi pada akhir pekan. Berbagai aktivitas bisa dilakukan di bukit Xiangshan, mulai untuk sekadar berlibur, bersantai bersama keluarga, membaca buku atau memandang gedung tertinggi kedua di dunia,  Taipei 101.

Meski letaknya yang berada di dataran tinggi, bukan berarti tempat wisata ini melupakan fasilitas penunjangnya. Bukit Xiangshan sudah dilengkapi berbagai fasilitas, seperti Gazebo untuk duduk bersantai, spot foto, peta wisata, hingga toilet pun tersedia.

Toilet memang menjadi salah satu fasilitas paling vital bagi tempat wisata. Selain toilet untuk pengunjung umum, bukit Xiangshan juga menyediakan toilet bagi kaum difabel. Tak hanya itu,  bahkan juga terdapat wastafel khusus pengguna kursi roda.

Wastafel didesain lebih rendah dari umumnya, sehingga memudahkan bagi difabel untuk mencuci tangan. Selain itu, ternyata wastafel difabel ini juga dapat digunakan untuk berwudhu. Letak kran yang lebih rendah memudahkan proses mencuci telapak kaki. Mungkin jika tidak ada wastafel difabel ini, kami harus mengangkat telapak kaki lebih tinggi untuk menjangkau wastafel ukuran normal. Tentu itu akan menjadi hal aneh bagi pengunjung lainnya.

Meski terkadang tempat wisata menyediakan fasilitas Mushola, namun fasilitas ini sangat membantu pengunjung muslim yang ingin berwudhu.

Hal serupa telah diterapkan di semua toilet yang disediakan di tempat wisata. Sehingga pengunjung muslim tidak perlu takut sulit menemukan tempat berwudhu jika berada di tempat wisata di Taiwan.

Kemudahan akses, fasilitas dan kebutuhan khusus difabel sudah selayaknya menjadi perhatian pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Hal seperti itulah yang seharusnya juga ditiru pemeritah di Indonesia. Kita bangsa Indonesia adalah bangsa besar. Rumah yang nyaman untuk semua rakyatnya.

Bangsa Indonesia tentu sangat mampu untuk menyediakan akses, fasilitas dan kebutuhan khusus bagi kaum difabel. Karena mereka juga rakyat Indonesia, sama seperti yang lain. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 sudah jelas mengatur tentang pejalan kaki dan akses untuk difabel. Tentu harus terus dipantau, agar Permen ini benar-benar dipraktikkan di lapangan.

Pemerintah daerah juga sudah seharusnya belajar banyak dari Taiwan, khususnya dari pemerintah kota Taipei dalam hal menyediakan akses, fasilitas dan kebutuhan bagi difabel. Mereka sama seperti kita semua, mereka ingin bisa pergi kemana saja, tanpa ada rasa khawatir atau bahkan terpinggirkan. Karena sebenarnya kita sama, kita setara.

***

http://www.gov.taipei/public/MMO/2014_yearbook/2014yb-08-18.jpg

Taksi berkursi roda. (Sumber foto: www.gov.taipei)

http://www.gov.taipei/public/MMO/2014_yearbook/2014yb-08-17.jpg

Bus berlantai rendah. (Sumber foto: www.gov.taipei)

wahyualam.com - difabel di bis taipei

Fasilitas difabel di dalam bis dalam kota Taipei

Referensi:

Tsai, I-lun and Ho, Ming-sho (2010), An Institutionalist Explanation of the Evolution of Taiwan’s Disability Movement: From the Charity Model to the Social Model,,in: Journal of Current Chinese Affairs, 39, 3, 87-123. ISSN: 1868-4874 (online), ISSN: 1868-1026 (print)

Taipei Year Book, 2014 Disadur dari http://www.gov.taipei/ct.asp?xItem=125834221&ctNode=82607&mp=100105 (diakses tanggal 10 Januari 2016)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 disadur dari http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20140617140609.pdf (diakses tanggal 10 Januari 2016)


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

4 Comments

Ety Abdoel · February 14, 2016 at 17:11

Selamat nih, jadi juara satu tulisannya.
Semoga Indonesia seperti Taipei

zamsjourney · February 13, 2016 at 16:33

mantapp …seperti baca liputan khusus karena benar-benari disertai observasi. congrats ya yu

Belajar dari Taipei tentang Akses Difabel | kitasetara · February 14, 2016 at 15:36

[…] blog tentang difabilitas yang diselenggarakan oleh Rumah Blogger Indonesia. Tulisan asli, lihat di sini. Redaksi hanya melakukan penyuntingan sebatas perbaikan ejaan dan kekeliruan kecil […]

PEMENANG LOMBA BLOGGING | kitasetara · February 12, 2016 at 04:16

[…] Pemenang Pertama: Wahyu Alam (Madura, Jawa Timur) dengan tulisan berjudul Belajar dari Taipei tentang Akses Difabel […]

Leave a Reply to Ety AbdoelCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.