Buka Puasa dan Taraweh di Masjid Syaichona Cholil

Published by ALAM on

masjid syaichona cholil bangkalan

Aku duduk di depan masjid saat menulis catatan ini. Aku telah melewati sholat Maghrib dan Isya’ di sini. Bahkan membatalkan puasa Ramadhan hari ke-23 juga di sini. Inilah masjid paling megah versi Alam di Madura. Entah habis berapa koper Rupiah untuk membangun masjid yang begitu megah. Kini Masjid ini sudah menjadi ikon kabupaten Bangkalan, sedikit lebih terkenal daripada masjid Agung. Benar, Masjid yang aku maksud adalah masjid Syaichona Cholil.

Di dalamnya terdapat makam Syaichona Cholil. Inilah guru dari segala guru. Gurunya para ulama Indonesia. Gurunya Hasyim Asyari, kakeknya gusdur.

Syaichona Cholil adalah ulama kharismatik dan merupakan guru dari para kiai besar di Jawa Timur, juga guru dari pendiri ormas Nadhatul Ulama (NU) KH Hasyim Ashari.

Dari berbagai sumber dijelaskan, awalnya di areal kompleks masjid, hanya ada makam Kiai Kholil yang meninggal dunia pada tahun 1925. Karena banyaknya orang yang berziarah ke makam tersebut, akhirnya dibangun satu masjid, agar peziarah tetap bisa melakukan ibadah sholat, dan pada tahun 2006, Masjid Syaikhona Kholil ini direnovasi untuk menampung ribuan jamaah.

Ingin rasanya bisa sholat Taraweh di 29/30 Masjid yang berbeda. Sempat sholat Jumat dan Ashar di Masjid Al-Akbar, tapi ngga bisa keturutan sampai sholat Taraweh. Pasti berbeda rasanya sholat di masjid yang besar dan megah. Latihan sebelum melihat Masjid yang lebih megah lagi di Arab. Amin.

Aku sepertinya punya banyak dosa, sehabis sholat Tahyatal Masjid, aku berdzikir menunggu buka puasa. Namun beberapa nyamuk yang menggigit kaki berhasil mengganggu konsentrasiku. Aku harus garuk-garuk kaki karena gatal sekali. Semakin merasa berdosa saat Adzan berkumandang, aku hanya mendapatkan nasi bungkus dari Takmir. Tanpa air putih. Akhirnya berbuka puasa dengan nasi putih. Meski sedih, tapi Alhamdulillah saja. Sambil berdoa dalam hati: Ya Rab, ampunilah aku.

Masjid ini sepertinya tidak punya program bagi-bagi Ta’jil, jadi bagi yang buka puasa di sini, bawalah air minum dan makanan sendiri. Jangan meniru aku, yang hanya bawa ponsel untuk motret.

Ngga usah bingung, karena di area parkir ada Family Mart, silahkan beli minuman dan makanan ringan di sini sebelum berbuka puasa. Karena saat Adzan, Family Mart tutup. Kok tahu? Ya, karena aku berniat beli minum sesaat setelah Adzan. Tenang, di depannya masih ada penjual es kelapa muda. Lumayan dua gelas meluncur begitu saja, kemudian kembali ke masjid. Sholat Maghrib.

Usai Sholat Maghrib, aku berkeliling di area parkir, melihat toko-toko yang berjejer. Awalnya ingin beli makan, tapi ngga tahu kenapa kaki melangkah ke toko kitab yang berada di tengah-tengah toko makanan. Satu buku berhasil menculik perhatianku.
Kemudian karena Family Mart sudah buka, dua gelas minuman dan satu cokelat lumayan untuk mengisi perut sebelum Taraweh.

Adzan Isya’ berkumandang. Beberapa warga mulai banyak yang merapat. Terlihat rombongan peziarah juga ikut bergabung hingga Taraweh.

Taraweh di sini sama persis seperti di kampungku: Masjid Al-Kabir. 20 rakaat dan tiga witir. Bagaimana kecepatannya? *memang kendaraan?*, hal ini sempat ramai di sosial media, terkadang menjadi hal penting. 20 rakaat hanya ditempuh 40an menit. Hitung sendiri kecepatannya.

Inilah kali pertama sholat Taraweh di depan makam. Ngga tanggung-tanggung, di depan makam ulama paling terkenal di Madura. Makam Ba Cholil. Ada rasa getir dan khusyu’ yang lebih mendalam ketika melihat nisan di depan mata. Penasaran? Coba sendiri.

Usai Taraweh kegiatan lain berlangsung seperti biasa. Ada yang ziarah, ada yang tadarus di teras masjid, ada peziarah yang sholat Taraweh, ada yang baca Alquran dekat makam, sampai ada Menteri yang masuk ke area terdekat dengan nisan Ba Cholil. Entah ia menteri apa, yang jelas flash kamera sesekali memecah konsentrasiku saat membaca Alquran.

Sejuz dan satu ayat cukup untuk hari ini. Saatnya kembali pulang. Menghabiskan makanan ibu: makanan terlezat sedunia.


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder