Komunitas Blogger untuk Konten Positif
Mari kita buat konten positif.
Hari ini, ada sekitar 84 juta pengguna internet di Indonesia. Itu jelas masih sedikit daripada penduduk negeri ini yang berjumlah 240 juta. Jumlah pengguan internet terus bertambah setiap detik. Genjarnya ISP menyajikan fasilitas mewah dengan harga terjangkau membuat semua orang bebas mengakses informasi. Ada sebuah pertanyaan besar yang menggembul dalam dada: apakah semua anak-anak Indonesia bisa mengakses informasi yang sehat di internet itu?
Ada sebuah ketakutan tentang maraknya konten-konten negatif yang deras mengalir setiap hari. Derasnya air konten negatif itu memberikan dampak luar biasa bagi anak-anak muda. Ya, sasaran utama konten negatif itu adalah anak muda. Tentu kita tidak ingin pemuda Indonesia terjerumus ke dalam akhlaq dan perilaku yang buruk karena dampak konten negatif. Padahal, bangsa Indonesia masih butuh pemuda yang sehat. Pemuda yang aktif, tumbuh dengan mental yang kuat, berkembang menjadi pemimpin masa depan, dipundaknya harapan bangsa ini disematkan.
Lantas, bagaimana cara kita melawan? Melawan konten negatif itu?
Kita tidak bisa mencegah atau menutup konten positif itu. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak konten positif. Sebanyak mungkin. Bagaimanapun, gelas yang berisi air keruh akan kembali jernih jika kita sirami dengan air jernih yang lebih banyak. Sebanyak mungkin.
Tentu, kita berharap kepada semua pihak agar bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana memulai perang. Perang melawan konten negatif. Masyarakat perlu bimbingan. Indonesia, yang katanya punya banyak komunitas online ini pasti bisa.
Hari ini, dan di setiap 27 Oktober, sejak 2007. Kita menjadikan tanggal ini sebagai hari Blogger Nasional. Kita punya lebih dari 3,3 juta blogger di Indonesia. Lebih dari 30 komunitas blogger di negeri ini.
Blogger, kepadamu negeri ini berharap banyak. Andai setiap komunitas mengadakan pelatihan cara berinternet sehat kepada orang-orang disekitarnya sebanyak 1000 orang setiap bulan. Dengan jumlah 30 komunitas saja, artinya, akan ada 30.000 konten positif setiap bulan. Setahun akan ada 360.000 konten positif setiap tahun.
Tentu ini adalah pekerjaan berat. Namun, dengan bekerja sama antar anggota komunitas, semua akan ringan. Tidak akan ada yang berat jika kita mengerjakan bersama-sama.
Mari kita bayangkan, suatu saat nanti, adik-adik SMP kita dengan senang hati menulis cerita uniknya selama dia bersekolah. Pesan-pesan dari gurunya dia tulis di blog. Tentu, kita akan tersenyum membaca tulisan-tulisan lugu mereka.
Pesantren. Jangan lupakan tempat belajar satu ini. Indonesia kaya akan pesantren. Bayangkan jika santri-santri mereka menulis tentang ilmu yang telah disampaikan oleh kyai-nya di blog, tentu masyarakat yang berada di luar pesantren, akan lebih mudah kita belajar ilmu agama, seolah-olah langsung berada di pesantren.
Bayangkan, informasi itu datang dari pelosok negeri. Informasi itu tidak hanya dari Jakarta, tapi juga datang dari pelosok Sumenep. Tulisan itu datang dari penjuru Maneje, dan ide brilian itu datang dari desa kecil di Aceh. Indonesia itu beragam, tentu akan ada banyak ragam tulisan, ide, dan gagasan pemikiran yang menarik dan saling bersinergi. Menjadi oase di tengah panasnya gurun konten negatif.
Harapannya esok hari ketika mengakses atau mencari kata negatif di mesin pencari, yang muncul adalah konten-konten positif. Halaman 1-20 dipenuhi dengan konten inspiratif dan penuh manfaat bagi pembacanya. Tidak ada lagi konten negatif di mesin pencari. Konten negatif itu akan kalah dengan berjubel konten positif yang ditulis oleh semua kalangan di negeri ini. Konten yang memberikan inspirasi sehingga mampu menjadikan manusia Indonesia yang unggul dan bisa berkolaborasi menjadi masyarakat internasional.
Dan lagi, harapan kami, kita semua, saling bersinergi antara semua kalangan, baik itu komunitas (blogger), pendidikan, swasta, ilmuan dan peneliti semua bersatu dalam satu tekad bulat: membuat konten positif!
Selamat hari blogger nasional!
***
Model : Rotua Damanik (kiri) dan S Setiawan (Kanan)
1 Comment
bocah petualang · October 31, 2013 at 11:26
Mana komentar dari Mas Setiawan Bun?