Lebih Dari Sekadar E-Learning

Published by ALAM on

Embedded image permalink

Dalam beberapa kesempatan berbicara di beberapa SMA di Madura, saya menemukan hal menarik. Ternyata masih banyak siswa yang malu dan tidak berani menyampaikan pendapatnya, apalagi maju ke depan. Mental mereka terkunkung dalam rutinitas sehari-hari sehingga rasanya begitu takut maju ke depan ataupu sekadar berbicara mengungkapkan pendapatnya.

Jelas hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua guru di Madura. Saya ingin semua siswa di Madura aktif dengan mempunyai mental baja. Tak satupun pernah merasakan xenophobia yang berlebihan. Berani maju ke depan dan menyampaikan pendapatnya. Presentasi ataupun sekadar menjelaskan materi yang diajarkan. Memang tidak semuanya takut berbicara ke depan. Ada beberapa yang mahir bahkan ketagihan maju presentasi dan saking seringnya sampai sulit untuk dikendalikan. Over active. Hal ini juga ingin melihatnya di tempat saya mengabdi, SMAN 4 Bangkalan.

Saya memikirkan sebuah strategi sederhana sehingga mampu membuat siswa berani maju ke depan dan tidak lagi takut. Apalagi menghindar atau mencoba lari agar tidak presentasi. Akan menjadi hal menarik jika semua hal di atas dibawa dalam mata pelajaran TIK.

TIK untuk kelas sepuluh masih pengenalan komputer. Mereka masih banyak yang belum pernah pegang mouse dan mengetik di papan ketik elektronik. Mereka awam, gagap dan nyaris takut pada teknologi.

Maka itu, untuk menyampaikan materi tentang hardware komputer sekaligus melatih mereka maju ke depan adalah hal yang menarik dan menantang. Semakin menarik, karena sekolah ini belum punya laboratorium komputer.

Dan sebuah ide sederhana terlintas.

Saya membaginya kelompok dan memintanya untuk mempelajari hardware-hardware komputer dari internet, buku, majalah dan LKS, minggu depan mereka harus membawa lengkap dengan gambar hardware yang diprint dalam kertas A4 full screen. Nanti, secara acak dipilih salah satu kelompok untuk maju ke depan menjelaskan tentang hardware komputer dengan media gambar yang sudah diprint ke kertas A4. Ini media terbaik, mereka banyak yang belum bisa membuat powerpoint, jangankan membuat dokumen elektronik, memegang komputer saja masih ada yang belum pernah. Meski jumlahnya hanya 1-2 di setiap kelas. Miris, tapi harus dilatih dan dibimbing.

Presentation day!

Saya bawa projector ke kelas, menghidupkannya dan mengetik beberapa kata sehingga tertulis “SMANPABA Conference” di papan putih depan kelas. Saya juga rela membeli speaker mini. Saya siapkan beberapa musik untuk penyambutan kelompok yang maju ke depan.

“Oke guys, saya akan ambil satu kertas, siap-siap ya”

Saya menjelaskan ke depan kelas sambil mengambil gulungan kecil kertas yang sudah saya siapkan dari rumah.

“Kelompok 5!!”

Oke, beri applause untuk kelompok 5!!” Saya berseru sambil membaca tulisan di kertas kecil itu.

Bersamaan dengan tepuk tangan dari penduduk kelas, saya putar lagu Creed – One last breath, seketika lagu itu menyeruak ke seisi ruangan lewat speaker putih yang bertenaga USB itu.

Kelompok 5 yang awalnya ragu dan malu-malu akhirnya maju dengan langkah mantap ke depan membawa beberapa kertasnya untuk menyampaikan materi: hardware komputer. Dentingan gitar di awal lagu seperti mendorong mereka maju ke depan kelas.

View image on Twitter

Mereka maju ke depan dan menunjukkan kertas bergambar hardware satu persatu sambil menjelaskan apa fungsi dan bagaimana cara kerja hardware itu. Siswa yang lain menyimak dengan serius apa yang teman-temannya sampaikan di depan kelas. Layar bertuliskan SMANPABA Conference seolah menjadikan mereka seperti berada di dalam salah satu panel konferensi internasional. Ngga ada cara lain untuk mengobati penyakit takut presentasi kecuali dengan melatihnya terus menerus. Maju ke depan. Lagi dan lagi. Hanya itu.

Latar konferensi dan iringan musik saat maju ke depan adalah cara saya merangsang mereka untuk berani dan seolah sedang berada dalam sebuah konferensi tingkat internasional ataupun dalam sebuah acara launching produk brand ternama. Mereka perlu dilatih setiap hari. Diberi penghargaan berupa latar musik pengiring saat maju, sehingga mereka senang maju dan mengemukakan pendapatnya. Merangsang keberanian, dan membentuk mental yang kuat dan berani. Berani menyampaikan. Berani presentasi ke depan. Sederhana namun saya yakin bisa melatih dan mendorong mereka untuk berani. Semoga mereka bisa melatih mental mereka dan tidak ada lagi rasa ketakutan presentasi ke depan.

Itulah cara saya menggunakan “E-Learning” untuk proses pembelajaran. Memang, bukan pembelajaran bersifat full electronic, bukan memakai beberapa aplikasi e-learning seperti noodle, ataupun perangkat lunak e-learning lainnya, bukan menggunakan blog sebagai salah satu media pembelajaran.

E-learning yang dibutuhkan anak-anak kelas sepuluh SMA di Madura masih dalam tahap pengenalan apa itu teknologi dan bagaimana cara memakai komputer yang baik benar. Masih dalam taraf seperti itu. Hal itu memang telah diatur dalam kurikulum KTSP, saya hanya melakukan improvisasi dengan meneteskan semangat berani maju ke depan bercampur dengan tetesan semangat yang sering saya sampaikan di 15 menit terakhir. Melatih mental dengan intelektualitas berlandaskan akhlak dengan motivasi tinggi memanfaatkan media elektronik, semua terbungkus dalam mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) SMA.

Konsep e-learning untuk guru dan siswa memang harus diterapkan, tidak hanya di pelajaran TIK saja namun harus dalam semua mata pelajaran. E-learning dapat digunakan untuk membangun interaksi guru dan siswa di luar jam sekolah. Meski berjauhan, tetapi tetap terjalin komunikasi antara guru dan siswa. Tentu ini memanfaatkan teknologi internet.

Belum pernah ada studi berapa jumlah pengguna internet di Madura. Hanya saja, sudah banyak masyarakat Madura yang mengenal dan menggunakan internet. Provider-provider berlomba memperbaiki infrastruktur jaringan di Madura. Artinya, akses internet di kota sudah baik. Saya pernah bekeliling Madura. Semua kota di empat kabupaten di Madura sudah terjangkau jaringan 3G. Pemandangan anak-anak SMA memakai handphone dan berinternet ria juga terlihat di beberapa sudut kota. Masyarakat yang asyik menikmati layanan internet di warung kopi hingga alun-alun kota sudah bukan hal yang aneh. Sudah banyak yang menggunakan internet untuk aktifitas mereka. Bagaimanapun, internet adalah sebuah jembatan raksasa untuk menjangkau suatu gudang raksasa pengetahuan alam semesta. Jika tidak bisa menggunakan internet, jangan harap bisa mengetahui informasi terkini dari belahan bumi yang lain.

Namun, jangan sangka semua orang di Madura sudah kenal internet. Siswa terutama, masih banyak yang belum mengenalnya, bahkan terkesan malas belajar internet. Padahal manfaatnya luar biasa.

Hasil pengamatan saya sebagai guru 18 bulan di Bangkalan mengatakan: ada tiga hambatan bagi siswa tersebut tidak bisa mengakses internet. Yang paling mendasar adalah masalah ekonomi. Ya, jangan untuk beli laptop, ingin mempunyai ponsel pintar saja harus menunggu panen sawah. Itupun jika tidak gagal panen.

Kedua, lingkungan juga mempengaruhi mengapa anak-anak Madura enggan belajar internet. kebanyakan dari mereka terpengaruh dengan lingkungannya yang masih primitif. Tinggal di desa yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dengan kondisi sinyal operator yang buruk menjadi alasan lain.

Ketiga adalah ketidaktahuan mereka tentang manfaat luar biasa dari internet. Mereka awam. Belum mengerti akan peran dan manfaat positif yang didapat jika kita mengenal internet.

Itulah yang mendasari saya untuk mengenalkan internet sejak kelas sepuluh kepada mereka. Harus dibiasakan. Harus sedikit dipaksa. Agar mereka bisa tahu seperti apa dan bagaimana internet tersebut. Masyarakat Madura harus melek teknologi dan bisa memanfaatkan ke arah yang positif.

Akhirnya saya memutuskan untuk mengganti format ulangan harian.

Untuk ulangan harian edisi terakhir ini berbeda dengan biasanya, tidak menggunakan kertas dan bolpen, juga tidak ada pertanyaan dan jawaban. Karena ulangan harian kali ini adalah membuat akun twitter.

Twitter adalah media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, media twitter juga dapat digunakan untuk menjalin komunikasi antara guru dan siswa. Bagi yang belum terbiasa menggunakan internet, hal ini akan mendorong mereka untuk mau belajar tentang internet. Setidaknya mereka tahu bahwa internet sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat dunia.

Nonton bareng film Linimassa

Nonton bareng film Linimassa

10 kelas yang saya ampu akhirnya mempunyai akun twitter semua, sekarang mereka berinteraksi sesama teman di SMAN 4 Bangkalan lewat jejaring sosial. Saya juga putarkan film dokumenter Linimassa yang menceritakan bagaimana kekuatan sosial media dapat menjadi tonggak kehidupan sosial yang nyata. Setidaknya, film yang diputar lewat projector dan ulangan harian membuat twitter seperti terhubung dalam sebuah tujuan besar: mengenalkan manfaat internet ke siswa.

Semua apa yang saya lakukan memang masih sederhana dan dalam lingkup yang kecil. 10 kelas di SMAN 4 Bangkalan di tambah 3 kelas di SMA Muhammadiyah 1 Bangkalan rasanya belum cukup mewakili jika dibanding berapa banyak manusia di Madura. Hanya saja, setidaknya saya ingin menjalankan pesan yang pernah disampaikan oleh bapak Pendidikan di negeri ini, Ki Hajar Dewantoro:

“Anak-anak dan pemuda-pemuda kita sukar dapat belajar dengan tentram, karena dikejar-kejar oleh ujian-ujian yang sangat keras dalam tuntutan-tuntutannya,” kata Ki Hajar dalam buku 60 tahun Tamansiswa, 1922-1982.

“Mereka belajar tidak untuk perkembangan hidup kejiwaannya; sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang tinggi dalam school raportnya atau untuk dapat ijazah,” kata Ki Hajar.

Karena seharusnya guru tidak hanya menjadi guru yang memberikan materi di depan kelas dengen media konvensional seperti papan tulis dan spidol, tetapi juga bisa memberikan motivasi dan arahan sehingga bisa membentuk mental siswa. Dorongan dan motivasi itu bisa disampaikan dalam media yang lebih interaktif seperti penggunaan e-learning dalam pembelajaran, sehingga belajar di kelas bagi siswa tidak lagi membosankan dan siswa dapat pelajaran baru dari apa yang disampaikan guru di depan kelas melalu e-learning.

Dorongan dan motivasi itu sebenarnya sudah tertuang dalam semboyan pendidikan di Indonesia yang begitu tersohor.

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani memiliki maksna dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa berarti di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan ing ngarsa sung tulada maknanya adalah di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.

Semoga. Dengan memanfaatkan e-learning, kita bisa menjadi guru yang ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Amin!

***

Artikel ini diikutkan kompetisi blog:

 


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder