Melintasi Grand Canyon, Menyampaikan Teknologi Sehat

Published by ALAM on

smk bustanul ulum waru pamekasan

Meskipun di hari Minggu, namun aku harus berangkat lebih pagi dari biasanya. Aku bangun sebelum subuh untuk menyiapkan materi dan jam 5 pagi harus sudah berangkat dari rumah. Ya, aku harus menghadiri undangan SMK Bustanul Ulum, Pamekasan adalah sebuah acara seminar untuk siswa SD, SMP, SMA dan SMK se-Pantura kabupaten Pamekasan.

Minggu, 29 September 2013 sehari setelah mendatangi wisuda seorang sahabat, aku berangkat ke Pamekasan dengan menaiki bis elf dari Kamal. Tidak lupa aku memakai kaos yang baru aku beli di Zalora.

Menyusuri jalanan Bangkalan, Sampang hingga Pamekasan di pagi hari memberikan warna tersendiri di hari Minggu yang cerah itu. Semakin ke timur, semakin kental aroma Maduranya. Artinya, semakin berjalan ke timur, warga asli Madura akan semakin terlihat. Warga Madura yang berada di bagian barat, berbeda dengan yang berada di bagian timur. Di barat, warga sudah banyak terkontaminasi dengan warga kota Surabaya. Sedangkan di timur, warga masih hidup dengan kehidupan sosial asli Madura. Mereka menjalani kehidupan dan bertahan hidup di alam Madura dengan gaya mereka. Ah, rasanya indah melihat warga Madura yang sebenarnya dengan ragam sosial dan budayanya. Hal ini jelas terlihat ketika bis elf yang aku tumpangi berjalan pelan menerobos pagi tenggelam di keramaian pasar-pasar di sepanjang Bangkalan-Pamekasan.

Matahari sudah beranjak 45 derajat dari peraduannya. Jarum jam alrojiku mengarah ke angka sembilan. Tepat jam 8.30 kami menginjakkan kaki di Pamekasan. Tiba-tiba ponsel berdering. Ada panggilan masuk dari Faqih, sahabat yang menjemputku di terminal lama Pamekasan. Dia sudah bersama teman ceweknya dengan dua motor. Dan ternyata, perjalanan masih panjang. Dari terminal lama ke lokasi seminar sekitar 60 menit. Aku bersama Toni, seorang kawan yang aku bawa dari Bangkalan berboncengan menggunakan Mega Pro hitam menuju lokasi seminar. Faqih menjanjikan sebuah pemandangan bagus ketika kami menuju lokasi seminar. Kita akan melewati sebuah pegunungan indah di sebuah kawasan yang bernama Waru, ujarnya semangat.

Aku injak porsneleng motor. Memutar pedal motor dan berangkat menu lokasi seminar. Tidak lupa aku memasang kaca mata dan helm untuk melindungi mata. Dan kami berempat menyusuri jalanan ke arah utara kota Pamekasan.

Semakin ke utara, jalanan semakin sepi. Aku membuntuti Faqih dari belakang. Dia menjadi penunjuk arah yang baik dan seolah begitu hafal dengan jalanan di kota ini. Laju kami tidak berhenti, tidak terasa sudah 20 menit aku mengendarai motor ini. Mungkin, baru kali ini seorang narasumber sebuah acara diminta untuk mengendarai motor sendiri menuju lokasi acara. Semakin lama, pemandangan alam di sekitar semakin bagus. Jalanan aspal juga sangat baik di utara Pamekasan. Udara pekat khas kota berubah menjadi sejuk. Aku memutuskan untuk membuka helm dan kacamata. Aku ingin menghirup langsung udara segar. Aku ingin merasakan hantaman angin langsung ke mukaku. Benar saja. Kita sudah masuk kawasan pegunungan. Makanya, udara begitu segar ketika berada di kawasan ini.

Aku sempat tidak percaya ini adalah Madura. Ternyata ada loh, kawasan pegunungan yang hijau, asri dengan kualitas udara yang segar seperti ini di Madura. Aku terpukau sepanjang perjalanan. Semakin lama, jalanan semakin banyak liukannya. Liukan demi liukan kita lewati. Jalanan menanjak dan menurun silih berganti menyambut kita. Terkadang kita berteriak senang saat menuruni jalanan yang terjal. Kita ingin menikmati suasana indah yang gratis ini. Terlihat dari jauh sebuah bukit yang hijau di seberang sana. Inilah kawasan pegunungan Waru di utara Pamekasan. Suasananya, mirip seperti di kawasan gunung Kelud di kediri. Jalanannya menurun dan menanjak dengan seribu kelokan menghiasi pemandangan kawasan ini. Bahkan ada sebuah jalanan yang menukik 180 derajat sebanyak 3 liukan secara berurutan. Beberapa kali aku berhenti, aku mengabadikan beberapa pemandangan keren dengan kamera pocket kecil yang di bawa Toni.

Akhirnya, kami sampai di lokasi acara. Ternyata kawasan ini berada di balik pegunungan yang ternyata di kenal dengan cok-gunong, grand canyon-nya Pamekasan. Waaah, benar. Puncak gunung itu seperti kawasan grand canyon yang ada di benua Amerika.

Aku beranjak ke SMK Bustanul Ulum. SMK ini masih ada satu jurusan saja: Teknik Komputer Jaringan. Sekolah ini juga baru saja dibangun. Terlihat dari bangunannya yang masih belum selesai sepenuhnya. Meski berada di kawasan pegunungan, sekolah dengan gedung dua lantai ini sudah memiliki koneksi internet. Selain untuk keperluan administrasi yang menggunakan akses internet, koneksi internet digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas.

Beberapa panitia terlihat begitu sibuk di luar ruangan. Suara dari MC menyeruak dari speaker yang sudah serak. Acara sudah dimulai. Kepala sekolah memberikan sambutan. Aku masih ke toilet untuk memperbaiki penampilan yang acak-acakan setelah menempuh perjalanan 270 menit dari Bangkalan.

Sambutan kepala sekolah sudah selesai, aku baru naik ke lantai dua. Setelah berada di aula yang terbuat dari dua ruang kelas yang dijadikan satu, aku bersalaman dengan kepala SMK Bustanul Ulum. Di dalam sudah berada tiga dokter yang akan memberikan materi dan pengetahuan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba. Acara sesi seminar dimulai, aku diberi waktu kedua setelah ketiga dokter itu.

Cukup lama ketiga dokter yang mengikuti program kementerian kesehatan ini dikirim ke pelosok negeri. Pamekasan menjadi kota yang mendapatkan jatah menerima dokter-dokter muda terbaik dari beberapa kampus terkenal. Ketiga dokter itu begitu semangat memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang bagaimana bahaya luar biasa yang diakibat jika kita mengkonsumsi narkoba. Satu jam berlalu begitu saja.

Sekarang giliranku untuk menyampaikan materi tentang “teknologi sehat”. Ya, bukan tentang internet sehat, tetapi lebih bagaimana kita seharusnya menggunakan teknologi secara baik, secara sehat sehingga dapat memberikan manfaat luar biasa bagi pemakainya.
Aku memberikan presentasi manfaat tentang teknologi juga tentang bagaimana perkiraan teknologi masa depan. Semua siswa fokus dan terdiam saat aku memutar sebuah video tentang ramalan teknologi di masa depan. Semua peserta tidak menyangka bahwa teknologi di masa depan itu bakal seperti yang diramalkan di dalam video. Senang rasanya bisa menunjukkan kepada mereka, siswa yang berada di pedalaman kota ini, teknologi di masa depan. Setidaknya mereka bisa mempunyai mimpi dan cita-cita yang tinggi. Setidaknya aku membeberkan bagaimana gambaran masa depan dengan perkembangan teknologinya, sehingga mereka bisa berpikir lebih jauh ke depan melintasi ruang dan waktu dengan berjuta cita-cita dan mimpi mereka masing-masing.


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

Rosyid Mellenk · October 9, 2013 at 13:35

ceritanya cukup bgus sekali….

M. Faizi · October 8, 2013 at 12:46

sebuah kisah perjalanan yang menyenangkan. Cok Gunong memang eksotis, tapi sayang sekali saya belum pernah turun dari kendaraan manakala lewat di sana.

Leave a Reply to M. Faizi Cancel reply

Avatar placeholder