“Siapa di sini yang tidak punya smartphone?â€, tanya dosenku di depan kelas.
Tak ada seorang pun yang ngacung. Artinya, semua penghuni kelas mempunyai smartphone.
“Siapa di sini yang tidak pakai jam tangan?â€, lanjut dosenku.
Kali ini, setidaknya ada lima orang yang mengacungkan tangan.
“Itulah kenapa orang Indonesia itu suka telat. Mereka lebih suka membeli smartphone daripada jam tangan. Mempunyai smartphone telah menjadi budaya bagi masyarakat kita. Bukan berarti punya smartphone itu tidak baik. Bukan. Tetapi punya smartphone juga harus pintar menggunakannya. Bukan sekadar untuk pamer dan gengsi. Akan lebih baik lagi jika kita juga menggunakan jam tangan. Ya, benar, jam tangan. Agar kita juga bisa menghargai waktu. Sehingga tidak gemar datang telat dan mengulur waktu seperti karet.†Dosenku mengakhiri ceramahnya.
Ada benarnya juga apa yang dibilang seorang dosen di atas. Terkadang kita lebih memerhatikan harga diri daripada performa diri.
Aku juga suka jengkel dengan pola hidup teman-teman belakangan. Tangan mereka seperti lengket dengan smartphone tetapi tidak sejalan dengan performa. Sudah punya smartphone, tetapi belum bisa memanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas diri. Bagaimanapun, teknologi ada untuk membantu pekerjaan manusia bukan sebaliknya. (more…)