Fenomena Penampilan Timnas Indonesia
Luar biasa dukungan untuk Timnas | foto: bp.blogspot.com
Fenomena pemain ke-12
Fenomena Piala Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF Cup) 2010 kemarin merupakan suatu fenomena yang sangat luar biasa terjadi di negeri berpenduduk kurang lebih 250 juta orang ini. Gemerlap piala Asia 2007-pun masih kalah dengan begitu antusiasnya masyarakat pecinta sepak bola di negeri ini terhadap piala AFF 2010. Sebelum piala AFF-pun para suporter selalu memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno ketika tim Nasional bertanding meski pada akhirnya para suporter harus kecewa lantaran penampilan Timnas yang kurang memuaskan. Contohnya ketika Indonesia bertanding melawan Oman dalam pertandingan Pra-Piala Asia, waktu itu Indonesia harus menang untuk bisa berlaga di Piala Asia 2011. Indonesia merupakan salah satu langganan peserta Piala Asia, terakhir 2007 kita sebagai tuan rumah tampil bagus meski tidak bisa melaju ke Perempat Final karena tergabung dalam Grup Neraka bersama Bahrain, Arab Saudi, dan Korea Selatan. Pra-Piala Asia 2011 kali ini Indonesia dituntut menang untuk mempertahankan tradisi selalu tampil di Piala Asia. Bukannya tampil bagus, timnas Indonesia bermain buruk dan harus mengakui kehebatan Oman di Gelora Bung Karno, para suporter-pun tidak puas dan “gemes” melihat permainan Ponaryo dkk, puncaknya menjelang pertandingan berakhir seorang suporter menyusup turun ke Lapangan dan merebut bola menggiring dan berusaha membuat gol sendiri ke gawang Oman, kejadian ini seontak membuat para petugas pengaman mengejar dan menangkapnya.
Kejadian yang lucu, tapi mungkin suporter itu adalah satu dari sekian ratus juta rakyat Indonesia yang bosan dengan penampilan buruk Timnas Indonesia. Bermimpi masuk Piala Dunia, pra-Piala Asia 2011 saja kita harus tertatih-tatih untuk bisa berlaga, padahal sebelumnya Indonesia merupakan negara langganan Piala Asia meski selalu gagal di penyisian grup. Prestasi buruk itu tidak berhenti sampai disitu saja, 2009 saat mengikuti ajang Sea Games di Laos, Timnas U-23 dipermalukan Laos 2-0. Kekalahan ini merupakan kekalahan pertama Indonesia atas Laos, hasil ini cukup mengagetkan para pecinta sepak bola tanah air.
Meski selalu tampil buruk, dan selalu gagal dalam berbagai turnamen, tapi kecintaan rakyat Indonesia terhadap Timnas Indonesia tetap ada. Kini harapan itu muncul ketika Piala AFF 2010. Bertindak sebagai tuan rumah bersama Vietnam, para suporter berharap bisa menjadi juara setelah tiga kali selalu gagal di Final. Harapan itu sepertinya akan menjadi kenyataan ketika para “pejuang garuda” dengan dua wajah baru hasil naturalisasi membuat permainan Indonesia berubah dari sebelumnya (baca: artikel sebelumnya). Permainan cantik itu diikuti dengan mengalahkan Malaysia 5-1 di Gelora Bung Karno. Nama Irfan Bachdim dan Christian Gonzales-pun jadi perbincangan di hampir semua media cetak maupun elektronik.
Demam piala AFF mulai melanda, bukan cuma pedagang dadakan di Gelora Bung Karno yang mendapatkan untung dari demam piala AFF. Hampir pedangang kaus bola di seluruh penjuru negeri meraup untung dari gelaran dua tahunan ini. Euforia berlanjut ketika puluhan bahkan ratusan ribu suporter dari berbagai daerah menyerbu Ibukota secara bersamaan, mereka semua ingin menyaksikan langsung laga Timnas di Gelora Bung Karno, mereka ingin menjadi saksi berubahnya penampilan permainan timnas edisi Alferd Riedl kali ini. Akibatnya Kemegahan dan Kapasitas Gelora Bung Karno yang hanya berkapasitas 100 ribu kursi tidak lagi bisa menampung semua para suporter pecinta Timnas, mereka seolah melupakan penampilan jelek Timnas pada sebelum-belumnya.
Mereka rela mengantri tiket, meskipun harus menginap di SUGBK, terjangan panasnya terik matahari, hujan, berdesak-desakan sampai banyak yang pingsan, ditambah tidak jelasnya informasi yang diberikan pihak penyelenggara. Halangan itu tidak membuat kecintaan dan keinginan mereka luntur untuk menyaksikan langsung penampilan timnas di Gelora Bung Karno. Meskipun Indonesia gagal menjadi juara untuk keempat kalinya, tapi toh para suporter bertindak dewasa, tidak membuat kerusuhan dan tetap bangga atas perjuangan para garuda yang telah berjuang secara maksimal. Kalau suporternya sudah dewasa, permainan timnas sudah kembali membaik, yang perlu diperbaiki adalah Organisasi dari semua ini yaitu PSSI.
Panitia Penyelenggara
Antusias dan euforia masyarakat memang luar biasa dan semua itu diluar dugaan panitia penyelenggara. Sekarang bukan saatnya saling menyalahkan, Piala AFF sudah berakhir, antrian tiket yang menyebabkan beberapa orang pingsan karena kekurangan oksigen tinggal cerita, ketidakjelasan informasi dari panitia penyelenggara sudah tidak ada lagi, antrian berkilo-kilo meter hanya untuk demi menyaksikan laga Timnas sudah tidak telihat lagi, maka dari itu sekarang saatnya untuk memberikan masukan kepada otoritas sepak bola tertinggi tanah air yaitu PSSI. PSSI harus sudah profesional dalam melakukan segala hal, termasuk menjadi panitia penyelanggara turnamen Internasional, jika lingkup ASEAN saja tidak mampu menangani apalagi Piala Dunia. Jika hanya ratusan ribu suporter saja tidak bisa mengatur dengan nyaman dan jelas, apalagi puluhan juta suporter yang dari berbagai negara.
Oke, sekarang saatnya memberi saran untuk PSSI dalam pembagian dan pendistribusian tiket pertadingan kelas dunia, yang harus dilakukan adalah:
- Menganalisa dan mengantisipasi pertandingan yang akan digelar kira-kira jumlah suporter yang akan membeli tiket berapa?
- Informasi tentang pendistribusian tiket harus jelas, baik itu harga, waktu penjualan, jumlah tiket, jumlah loket dan sebagainya.
- Penjualan tiket jangan hanya terpusat di Gelora Bung Karno atau venue yang dipilih, ini untuk mengantisipasi membludaknya para suporter.
- Manfaatkanlah perkembangan teknologi, penjualan tiket bisa dilakukan di dunia maya. Cara seperti ini sebenarnya lebih modern yang meminimalisir kejadian antrean panjang.
- Adopsi cara penjualan tiket di luar negeri, kalau perlu undang panitia penyelenggara piala dunia 2010 Afrika Selatan ke Jakarta untuk menjelaskan bagaimana cara pendistribusian tiket yang baik dan benar.
- Mintalah perlindungan dari pihak keamanan jika transaksi penjualan tiket dilakukan offline atau secara manual.
Dengan langkah-langkah diatas, kita berharap tidak ada lagi antrian panjang berkilo-kilo meter, tidak ada lagi berdesak-desakan sehingga banyak yang kekurangan oksigen, tidak ada lagi suporter masuk ke stadion karena hanya demi membeli tiket, tidak ada lagi kerusuhan setiap kali penjualan tiket. Harapan kita, tiket bisa dibeli dengan mudah, dengan sistem yang jelas, tanpa harus antri dan berdesak-desakan. Kalau pendistribusian tiket lancar, Timnas tampil cantik dan menawan, PSSI mau berubah, InsyaAllah tuan rumah Piala Dunia tinggal menunggu waktu saja, yang jelas Piala Dunia setelah tahun 2022 di Rusia. Semoga!
0 Comments