Hiraukan Komentar Negatif

Published by ALAM on

http://bokunosekai.files.wordpress.com/2010/08/panjat-pinang.jpg

ilustrasi | Foto: http://bokunosekai.files.wordpress.com

Kadangkala kita sering terganggu dengan komentar negatif dari orang-orang terdekat kita, mulai dari rekan kerja, teman, sahabat bahkan orang tua. Adakalanya juga komentar miring itu harus diperhatikan, ada waktunya juga dibiarkan bak angin lalu saja.

Apakah anda termasuk orang yang mudah tersinggung dan menganggap komentar orang terdekat kita seperti tiupan udara dingin merasuk ke dalam tubuh? Apakah anda sering merubah pikiran bahkan merubah keinginan baik anda gara-gara mendapat komentar miring dari orang terdekat?

Kalau dua pertanyaan di atas semua jawabannya “Ya”, maka anda harus merubah cara berpikir. Tirulah artis kita yang sering mengganggap komentar miring itu sebagai angin lalu dan tidak terlalu menghiraukannya.

Mungkin sebuah kisah di bawah ini bisa memberikan sedikit inspirasi dan motivasi untuk bisa merubah cara berpikir kita yang terlalu sempit. Cara berpikir bagaimana menghadapi situasi yang berat, menghadapi komentar-komentar yang bisa membuat “kuping panas”.

Suatu hari di sebuah perkampungan dekat sungai mengadakan lomba panjat pinang sepanjang 15 m. biasanya panjang pinang yang dibuat hanya 10 m, sekarang di perpanjang menjadi 15 m. Lomba panjat pinang ini merupakan serangkaian acara “lomba rakyat” dalam rangka merayakan Maulud Nabi SAW. 5 batang pohon pinang disambung sepanjang 15 m untuk perlengkapan lomba.

Para peserta sangat antusias mendatangi tempat perlombaan di pinggiran sungai tersebut. Jumlah penonton 10 kali lipat dari peserta yang mendaftar. Seluruh peserta berebut hadiah sangat menarik yang terpasang di ujung pohon pinang yang sudah diolesi oli dan minyak supaya licin dan susah dilakukan para peserta.

5 kelompok pertama sudah menyelesaikan waktu yang diberikan, tetapi tak satupun orang yang bisa menggapai hadiah yang tergantung di ujung pohon pinang tersebut, padahal disetiap pohon pinang ada sebuah replika kunci sebagai ganti hadiah Sepeda motor yang disiapkan panitia.

Seluruh peserta bahu membahu untuk menaiki pohon pinang, sambil peserta berjuang banyak diantara penonton yang memberikan aneka ragam saran dan komentar. Semuanya berkomentar seolah dirinya yang bisa menaiki pohon pinang licin itu.

Sampai peserta terakhir yang berjuang sekuat tenaga untuk bisa meraih puncak, tapi tak satupun yang bisa menggapai kunci sepeda motor, dan beberapa hadiah di atas.

Karena sangat ramai dan tidak ada satupun tim yang bisa mendapatkan hadiahnya, akhirnya panitia memperpanjang waktu perlombaan sampai tiga hari. Banyak peserta baru yang berebutan mendaftar untuk menjadi yang pertama memiliki motor hadiah utama perlombaan ini.

Hari kedua jumlah penonton yang hadir lebih banyak, semakin banyak pula komentar-komentar negatif yang muncul dari para penonton. Setiap penonton memberikan komentar yang berbeda, meskipun kebanyakan penonton memberikan komentar positif, tapi karena sampai hari kedua perlombaan belum ada yang berhasil membuat komentar penonton menjadi negatif dan meremehkan peserta yang ikut di hari ketiga, menurut mereka tidak akan ada satupun yang bisa meraih hadiah itu karena orang paling hebat di kampung itupun tidak mampu menaklukkan perlombaan ini.

Hari ketiga, komentar penonton semakin menjadi. Bahkan ada diantara mereka yang menyarankan agar para peserta mengurungkan niatnya untuk menaiki pohon pinang tersebut, karena mereka (penonton) tidak percaya peserta di hari ketiga ini bisa menaklukkan pohon pinang dengan kondisi sangat licin dan tinggi.  Tiba-tiba para penonton berlarian ke salah satu pohon pinang. Para penonton rupanya terhipnotis dengan seseorang yang bisa menaiki pohon pinang tersebut dengan lancar dan bisa menggapai puncak. Teriakan penonton semakin menjadi ketika peserta tersebut berhasil membawa turun semua hadiah yang dipasang di puncak pohon pinang licin tersebut.

Setelah sampai dibawah, penonton kaget karena peserta yang berhasil tersebut ternyata seseorang penyandang tuna rungu. Seluruh penontonpun mulai menganalisis, kenapa seorang tunarungu tersebut dengan lancarnya menggapai puncak pohon pinang. Padahal sebelumnya seluruh peserta yang mengikuti di dua hari sebelumnya tidak ada satupun yang berhasil.

Ternyata tuna rungu tersebut tidak bisa mendengar komentar-komentar negatif tentang pohon pinang yang dilontarkan para penonton di bawah. Ketidakmendengarannya itulah yang membantu dia bisa fokus dan memanjat dengan semangat ke atas seperti tidak ada oli dan cairan pelicin lainnya.

Dari cerita di atas bisa dikatakan bahwa kita dalam melakukan sesuatu yang positif takut kepada komentar-komentar negatif dari orang-orang disekitar kita. Kalau kita yakin dengan apa yang kita lakukan benar teruskan saja. Jangan hiraukan perkataan orang lain yang terkadang mengganggu pikiran kita ketika mau berkarya. Sebuah Hadist mengatakan kurang lebih seperti ini “Jawablah kritikan kepadamu dengan perbuatan”.

 

Categories: #ALAMereview

ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

2 Comments

Tongkonanku · March 21, 2011 at 14:50

Intinya kita harus bisa memilah-milah, mana komentar yang layak kita dengar (komentar membangun) dan mana komentar yang layak kita anggap angin lalu (komentar menjatuhkan).

Leave a Reply

Avatar placeholder