Ketemu Kembaranku, Firda
Agenda jalan-jalan sebelum acara Bisnis Madura Go Online sudah. Pantai Jumiang menjadi tempat jalan-jalan teman-teman Plat-M pusat yang berdiam di Bangkalan. Lebih istimewa saat berjumpa kawan lama, yaitu Mas Ibnu Kusuma. Check in penginapan sudah! Silahturahmi ke Rangperang Laok sudah! Khusus agenda ke Rangperang Laok seperti agenda wajib saat ke Pamekasan. Desa ini desa kenangan bagiku dan teman-teman kelompok 14 saat KKN awal tahun 2012.
Tanpa terasa sepulang dari Rangperang Laok sudah sangat malam. Sate lalat dan menu spesial dari Rangperang Laok sudah kami santap sebelumnya. Tapi tetap saja jejeran pedagang makanan di Jalan Niaga dekat kawasan Arek Lancor selalu menggoda untuk dicicipi. Oiya, aku baru ingat. Aku punya saudara sepupu di kawasan ini. Namanya Paklek Darjo. Dia adalah keponakan Mbak Putri di Lamongan. Berarti sepupu dengan Bapakku. Aku sudah tahu kalau Paklek berjualan nasi di kawasan Jalan Niaga ini. bahkan sejak KKN, saat 27 hari di Pamekasan aku belum pernah ke tempatnya berjualan. Aku tidak tahu tempatnya.
Padahal, kalau di Lamongan, aku selalu dibanding-bandingkan dengan anaknya Paklek Darjo, Firda. Katanya ada kemiripan antara aku dengannya. Setiap kali pulang kampung ke Lamongan, selalu ada saja yang membandingkan aku dengan Firda. Tapi, sudah berkali-kali aku datang ke Lamongan, tapi tak sekalipun pernah bertatap muka dengan Firda. Bertemu dan setidaknya bisa mencocokkan wajah. Benar-benar mirip atau tidak. Jangankan bertemu, melihat fotonya saja, aku belum pernah. Aku hanya bisa bertemu dengan adiknya dan bapaknya Firda. Bahkan bapaknya sering main ke stand Bapakku di pasar Bangkalan. Sedemikian dekat. Tetapi anehnya kita ngga pernah bertemu. Padahal dulu katanya Firda pernah main ke rumah, saat aku sunatan. Waktu itu aku masih kelas tiga SD. Artinya tahun 1999 adalah terakhir aku bertemu dengan Firda.
Mumpung ada di Pamekasan, dan sekarang teman-teman mau mencari makan. Maka, aku dengan sedikit memaksa Itsnain yang bertindak sebagai pak Sopir, untuk mencari makan di jalan Niaga.
Jalan Niaga berada di sebelah selatan Arek Lancor, kemudian belok ke kiri. Satu jalur ini adalah kawasanpedagang makanan. Mobil merah kami, berjalan sedikit pelan. Mataku fokus membaca satu demi satu tulisan yang ada di kain di setiap stand yang berdiri.
Sate Madura
Pecelan Pak Agus
Sate Pak Sungut
Nasi Goreng Lamongan
Soto Madura
Tidak ada keyword Darjoseperti yang aku cari. Aku memaksan Itsnain untuk terus berjalan sampai ujung berharap ada kata Darjoatau Lamongan, tidak ada yang cocok. Ada satu stand bertuliskan sea food Lamongan, tapi setahuku paklek-ku itu jualan segalam macam penyetan. Akhirnya kami putar balik. Karena sudah tidak sabar, kami memarkir mobil di tempat yang aman dan jalan kaki mencari tempat yang pas untuk makan malam. Lupakan Paklek Darjo. Mungkin sudah pindah. Sekarang saatnya makan.
Tadi sudah makan Sate, sekarang cari yang bukan Sate. Oke, pilihan jatuh pada penyetan. Sekarang saatnya cari stand yang berjualan penyetan. Pilihan pada penyetan ikat laut pak Eko. Selain penyeten ikan laut, penyetan ayam dan tempe menjadi daya tarik kita datang ke tempat ini. Aku mengajak teman-teman untuk ke tempat ini. Terlihat yang jual anak muda. Berharap itu Firda. Tetapi ngga mungkin, tulisan di depannya adalah penyetan ikan laut pak Eko. Bukan Pak Darjo. Mencoloknya spanduk yang mengelilingi stand pak Eko menjadi alasanku memilih tempat ini. Lagipula, kalau terlalu lama, perut ini akan terasa sangat keroncongan.
Setelah memesan menu sesuai pilihan ketujuh teman-teman, aku bergurau dengan si penjual. Karena sama-sama muda. Akhirnya gurauan kami bisa nyambung. Sambil melihat kedua pemuda ini menyiapkan pesanan kami, aku bertanya:
Mas, kenal Pak Darjo?
0 Comments