Review Film The Raid 2: Berandal, Drama, Action, dan Pencak Silat
Tak ada niat untuk nonton film The Raid 2. Niat itu datang begitu saja. Begitu lah Jakarta, terkadang banyak agenda yang keren dan rugi kalau tidak datang. Meski awalnya, pergi ke Jakarta awalnya hanya untuk datang ke sebuah acara, kopdar dan mengikuti beberapa acara blogger. Tak dinyana, acara blogger di hari Sabtu itu selesai di tengah hari.
Saya, dan Darul yang datang dari Madura diajak beberapa teman blogger Plat-M di Jakarta. Adalah Faza dan Niyasyah yang menjadi kompor semua ini. Lebih asyik karena ada Mak Indah Juli beserta suaminya dan teman blogger Ngalam yang bekerja di Jakarta, Arlingga.
10 jam bukan lah waktu yang sedikit untuk hal besar bernama menunggu. Film yang diputar di tengah malam ini membuat kita kebingungan mengisi waktu 10 jam. Ngopi, makan, kopdar, dan sholat adalah aktivitas mengisi 10 jam kekosongan waktu. Plaza Festival dan Epicentrum menjadi halaman rumah kita di Sabtu sore hingga tengah malam.
Teater XXI di Epicentrum semakin malam semakin ramai saja. Rasanya seperti pasar malam di Madura. Lupa kalau ini malam minggu. Hanya demi menonton pemutaran pertama film The Raid 2 ini, kami rela menunggu. Bosan, kami narsis, bertongsis ria di dalam ruangan bioskop yang dingin.
tang kancah gileh kabbhi “@niyasyah: menanti midnite the RAID 2 @arlingga @IndahJuli @Fazza_Ahmad @MdarulM ♥ pic.twitter.com/00MzVDKJvxâ€
— ALAM (@wahyualam) March 22, 2014
Eh si mdm @MdarulM lagi ajer tongsis bhi' IJ @indahjuli hahaha.. pic.twitter.com/tshkcVIO7b
— ALAM (@wahyualam) March 22, 2014
Nyaris jam 00.30 film baru diputar. Gila, ini kalau di rumah, saya sudah tenang dan pulas di atas kamar. Ruangan bioskop XXI Epicentrum ini lebih besar dari di Grand City Surabaya. Konon, ini adalah pemutaran pertama kali di Indonesia. Hanya dua tempat di Jakarta, Grand Indonesia dan di Epicentrum.
The Raid 2 lebih thriller dari pada The Raid 1. Gareth Evans, sebagai sutradara ingin menghapus bayang-bayang The Raid 2 dengan “menghabisi” beberapa tokoh the Raid 1.
Seperti diketahui, The Raid 2: Berandal sudah menggunakan banyak artis lokal ternama seperti Tio Pakusadewo, Mathias Muchus, Arifin Putra, Oka Antara, Alex Abbad, Julie Estelle, Roy Marten, Cok Simbara, Pong Harjatmo dan Marsha Timothy. Tentunya Iko Uwais, Yayan Ruhiyan dan Hengky Soelaiman juga akan kembali di sekuelnya ini.
Dengan hadirnya Kazuki Kitamura, Kenichi Endo dan Ryuhei Matsuda, diyakini bisa menambah greget film The Raid 2: Berandal yang akan mengkombinasikan unsur drama dan action. Berdasarkan rilis PT. Merantau Films yang diterima redaksi Cinema 21, proses syuting The Raid 2: Berandal sudah berlangsung sejak 19 Januari 2013 dan akan berjalan selama 6 bulan.
Khusus untuk Kazuki Kitamura, The Raid 2: Berandal bisa dibilang proyek film kedua yang bekerjasama dengan sineas Indonesia. Sebelumnya Kazuki terlibat di film garapan Mo Brothers (Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto) berjudul Killers yang direncanakan rilis pada bulan Desember 2013. Di film tersebut Kazuki beradu akting dengan Luna Maya, Tara Basro, Ray Sahetapy, dan Oka Antara. (21cineplex.com)
Tak disangka, artis cantik Julie Estelle berhasil memerankan sebagai wanita tangguh yang bisa membunuh siapa saja dengan dua senjata menakutkan: dua palu besar. Film ini juga berhasil mengangkat nama Very Tri Yulisman sebagai pembunuh dengan spesial “pentungan” baseball. Gareth Evans berhasil membuat keduanya begitu menakutkan. Pertarungan Iko Uwais dengan kedua pembunuh ini menarik. Keduanya memakai senjata andalannya saat bertarung dua lawan satu dengan Iko Uwais yang hanya bermodalkan tangan kosong.
Beberapa efek darah, adu jotos, tembak menembak khas Hollywood begitu terlihat. Beberapa hal yang identik dengan Jakarta ditampilkan. Mulai ‘pertarungan berdaarah dua palu’ di Commuter Line, robohnya hal busway oleh hantaman mobil. Hingga pertarungan di jalanan Jakarta yang (saat di film) tidak macet.
Hampir semua scene menarik. Hanya satu hal yang menjadi daya tarik bagiku. Adalah saat pertarungan paling sengit, ini seperti puncak dari pertarungan The Raid 2 ini. Jika Iko Uwais menang melawan Cecep Arif Rahman, maka langkah berikutnya gampang dan mudah ditebak. Lawan terberat Iko Uwais sebenarnya adalah Cecep Arif Rahman, bukan Bejo atau Ucok.
Pertarungan Iko dan Cecep menghadirkan gerakan pencak silat khas Nusantara. Beberapa jurus ditampilkan. Terlihat gerakan mata Cecep seperti gerakan jurus macan yang begitu sering dipakai oleh beberapa perguruan pencak silat di Indonesia. Pertarungan ini pamungkas dan paling lama durasinya daripada pertarungan-pertarungan yang lain. Setelah adu jurus silat, tangkis menangkis, Cecep yang menjadi musuh paling berat merasa kalah. Dia mengeluarkan senjata andalannya, Kerambit. Cecep mengeluarkan dua kerambit dari punggungnya dan melanjutkan pertarungan. Nyaris dibuat tidak bernafas oleh pertaruangan ini. Iko beberapa kali terlihat terkena sabitan senjata khas suku Minangkabau ini.
Pertarungan dua kerambit ini mengingatkanku pada carok di Madura. Hanya saja di Madura menggunakan clurit, bentuknya seperti kerambit; tajam, melengkung, hanya saja lebih besar.
Benar saja, kerambit menjadi senjata terakhir yang digunakan Iko Uwais untuk membunuh dua musuh besar berikutnya, Bejo dan Ucok. Film selesai dengan mengambang. Sepertinya bakal ada lanjutan The Raid 3. Menarik kita tunggu.
Kejutan ngga habis di situ. Tiba-tiba sutradaranya datang sesaat setelah film selesai. Meski jam 3 dini hari, Gareth Evans datang ke bioskop menyapa semua penonton. Beberapa sempat bertanya tentang adanya salju dalam film ini. Om bertubuh besar ini menjawab itu untuk mendukung skenario yang ada saja.
Tidak berlebihan lah jika aku sebut film ini luar biasa, dahsyat dan begitu keren. Ngga salah jika IMDb memberinya nilai 8.7. Salut buat sutradara, pemeran dan semua tim The Raid. Kalian Amaziinng!
2 Comments
indahjuli · March 28, 2014 at 06:48
Reviewmu lebih lengkap, pasti nyontek dari blognya Niy :p
Wahyu Alam · March 28, 2014 at 06:50
Kalau kata Fuadi, menulis itu harus riset. Aku riset. Riset = co-paste sana sini. :))