@WTempuran: Warung Desa, Rasa Kota
warganya. Baik di desa maupun kotanya.
Sepintas tak ada yang istimewa dari ujung barat provinsi Jawa Timur ini. Sama seperti kota-kota kecil lainnya. Hanya saja, aku tergelitik dengan warung Tempuran yang sering digumamkan teman-teman blogger Bojonegoro di Twitter @wtempuran.
Bermodalkan bantuan dari teman asli Bojonegoro yang rumahnya di utara pasar, deka alun-alun bernama Pyok, aku menyusuri jalanan menuju selatan kota ini. Semakin lama aku semakin penasaran. Katanya tempatnya di desa, dengan janji tentang suasana asri dan masakan yang enak membuatku semakin gelisah ingin segera sampai.
Sekitar 40 menit dari arah kota, aku sudah sampai di Kecamatan Dander, Bojonegoro. Benar saja, di pedalaman yang tidak berbeda dengan desaku di Madura ada sebuah toko makanan yang ramai dikunjungi orang-orang elit Bojonegoro. Ini terlihat dari banyaknya mobil pribadi yang berjejer rapi parkir di depan warung ini.
Warung ini bernama Warung Tempuran. Adalah mas Karjo bersama saudaranya yang menggagas warung ini. Dia ingin membuat usaha makanan berlatarkan dan harga desa tapi tetap dengan rasa kota yang menggelora dan menggoda. Ah, jadi ngga sabar menikmati makanan dari warung ini.
Tiga porsi belut dan satu ayam panggang menjadi sajian kita siang itu. Suasana yang asri, bisa melihat langsung pohon bambu di belakangnya membuat kita ingin lama-lama disini. Aku juga melihat banyak pasangan muda dan anaknya yang bercengkrama di tempat ini. Meski masih baru, tempat ini tergolong ramai, pengunjung silih berganti datang, bahkan ada yang sampai menunggu untuk duduk, karena kapasitas tempatnya memang masih sedikit, terlihat beberapa kayu bambu sudah disiapkan untuk memperluas tempat ini.
Urusan rasanya menurutku, ngga ada yang istimewa dari belut goreng dan ayam panggangnya. Hanya saja sambalnya yang pedas menggelora membuatku berkeringat. Suasana yang nyaman menambah nikmat sajian ini.
Kalau boleh saran, warung ini harus ditingkatkan dengan manajemen yang bagus. Promosi sudah keren, masuk Radar Bojonegoro adalah prestasi tersendiri dan berdampak pada jumlah pengunjung yang datang. Hanya saja, aku merasa terlalu lama menunggu masakan datang, meski ngga terasa karena bisa melihat pohon bambu yang hijau dengan suara burung sesekali terdengar, aroma pedesaannya begitu terasa. Aku yakin suata saat semakin besar, akan semakin bagus dan cepat pelayanan warung ini.
Di tengah-tengah warung diberi kolam buatan yang berisi ikan hias aneka macam. Pengunjung yang datang, tidak bosan menunggu, karena bisa melihat ikan, atau bahkan memberikannya makan.
Dan untuk urusan yang paling penting adalah masalah harga. Ngga perlu mengeluarkan banyak uang untuk makan di tempat yang nyaman dan rasa masakan yang enak. Benar julukan warung ini. Warung desa rasa kota.
Bagaimana, tertarik berkunjung ke warung tempuran di Bojonegoro?
1 Comment
bocah petualang · January 21, 2014 at 11:46
Meningkatkan kualitas pelayanan ga harus nunggu besar dulu, justru karena layanan prima maka pelanggan akan kemballi lagi.