Ganti Hati!
Buku pertama yang aku baca tentang Pak Dis adalah Dua Tangis Ribuan Tawa, meski buku itu pinjam, aku belajar bagaimana memanajemen organisasi yang saya pimpin. Dua Tangis Ribuan Tawa mengajarkan tentang teknik manajemen yang baik dengan segala kesulitan dan tantangannya.
Sebulan kemudian, aku membeli buku Sepatu Dahlan. Buku ini bukan ditulis Pak Dis, tetapi oleh Khrisna Pabichara. Tetapi buku seperti buku hariannya Pak Dis. Gaya bahasanya sama seperti gaya berpikir Pak Dis. Kekuatan dan ketabahan dalam hidup diajari dalam buku ini. Lebih dari sekadar kata kekuatan dan ketabahan, mungkin sangat sering kita baca dan dengar dari buku ataupun seminar motivasi.
Kalau diurutkan, seharusnya buku yang aku baca terlebih dahuulu itu Sepatu Dahlan, Ganti Hati kemudian dilanjutkan Dua Hati Ribuan Tawa.
Meski lagi-lagi pinjam dari seorang kawan, buku Ganti Hati ini menarik perhatianku. Meski sebenarnya covernya ngga terlalu menarik. Lebih keren kalau aku yang desain pakai CorelDraw sebenarnya. Juga di bawah tulisan “Ganti Hati” tertulis Tantangan Menjadi Menteri. Aku langsung berspekulasi bahwa buku ini akan menceritakan pergantian peran Pak Dis. Dari Direktur PLN (yang pengalaman aku baca di buku Dua Tangis Ribuan Tawa) menjadi seorang Menteri BUMN. Ganti hati dari PLN ke BUMN, makanya, buku ini diberi judul “Ganti Hati”, asumsi singkatku.
Namun, saat membaca isinya atau melihat halaman galeri foto yang berisi foto-foto di kertas glossy, aku baru tahu kalau buku ini bercerita benar-benar ganti hati. Kejadian yang sebenarnya, ya hati yang dimaksud, adalah organ dalam tubuh. Hati yang sebenarnya!.
Buku ini menceritakan secara mendetail tentang bagaimana proses transplantasi hati. Mulai penyebab, gejala, mengambil keputusan transplantasi, detik-detik saat transplantasi sampai masa-masa pasca transplantasi. Dari buku ini kita akan tahu bagaimana proses transplantasi, dan membuat kita lebih menghargai yang mananya “sehat!”.
Sesekali Pak Dis membawa pembacanya ke masa di mana beliau masih di desa Takeran. Beberapa kisah perjuangan selama di desa Takeran itu ternyata banyak berperan dalam kehidupannya yang sekarang. Dari buku ini juga aku baru tahu, kalau sebenarnya, tanggal lahirnya, bukan maksudnya hari lahirnya Pak Dis sama dengan hari lahirku. Selasa manis. Semoga aku bisa sama atau setidaknya meniru kegigihan beliau dalam bekerja. Semoga aku bisa meniru gaya kepemimpinan beliau yang sederhana tapi begitu tegas.
Kisahnya semasa kecil sangat mirip dengan Bapakku. Meski. Bapakku tertawa kalau membaca buku Sepatu Dahlan, Bapak teringat masa kecilnya yang sama persis seperti Pak Dahlan, tapi hanya saja antara Bapakku dengan Pak Dis berbeda profesinya sekarang. Ini semua karena pendidikan semata. Andai Bapakku bisa sekolah dan kuliah, mungkin bisa jadi seperi Pak Dis atau bahkan melampaui. Analisaku sedikit sombong! Hehehe.
Berikut salah satu kutipan yang aku suka dari buku Ganti Hati, bukan masalah transplantasinya, tetapi masalah jurnalistik, tulis-menulis:
“Sebuah tulisan yang deskripsinya kuat, begitu saya mengajarkan, bisa membawa pembaca seolah-olah menyaksikan sendiri suatu kejadian. Deskripsi yang kuta bisa membuat seolah-olah merasakan sendiri kejadian itu. deskripsi yang kuta bahkan bisa menghidupkan imajinasi pembaca. Imajinasi pembaca kadang lebih hidup daripada sebuah foto. Inilah salah satu kunci kalau jurnalistik tulis masih diharapkan bisa bertahan di tengah arus jurnalistik audio visual.”
So, belilah bukunya dan rasakan sensasi pengalamannya Pak Dis!. Selamat membaca!
0 Comments