Kopdar Geger a la Rangers
“Yu, jangan lupa jam 9, di rumah, jangan sampai telatâ€
Begitulah pesan singkat Rendra. Ranger Biru yang juga dekat. Sekarang kerja di salah satu Bank terbesar di negeri ini. Ia menjadi inisiator untuk mengumpulkan anggota Power Rangers. Geng yang berisikan lima orang sahabat di masa kuliah.
Power Rangers dicetuskan karena kami terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Mirip seperti film terkenal dari Jepang: Power Rangers.
Rendra sebagai ranger biru, Joko sebagai ranger merah, aku sebagai ranger kuning, Egie sebagai ranger biru dan Lynda sebagai ranger pink. Kelima sahabat ini sering bersama saat kuliah. Di dalam dan di luar kelas. Saat di dalam kelas kami sering duduk bersama dan menjadi satu kelompok mengerjakan tugas. Kecuali aku, mereka adalah sekumpulan orang pintar di angkatan kami. Joko adalah mahasiswa terpintar dengan IPK tertinggi dalam satu angkatan. Hebatnya, Joko melakukannya di jurusan favorit: Teknik Informatika. Jurusan yang terkenal dengan kebengisannya.
Momen lebaran dimanfaatkan untuk berkumpul bersama. Kali ini aku harus datang, karena saat berkumpul di akhir tahun lalu, aku absen karena sesuatu hal.
Kali ini anggota Ranger bertambah. Joko dan aku datang bersama pasangannya. Sedangkan Egie belum bisa bergabung secara nyata. Tapi ia bergabung secara maya menggunakan skype.
Rumah Rendra menjadi tempat reuni kami berlima. Ajang bully-membully masih menjadi tradisi yang membuat perut sakit karena tertawa. Atau bahkan membuat muka merah karena mereka membuka satu demi satu rahasia masing-masing. Hanya sahabat yang bisa begitu.
Seolah sudah direncanakan, ibu, bapak dan adiknya Rendra pergi keluar, sehingga geng Rangers bisa puas tertawa di rumah yang berada di perumahan Magersari tersebut.
Aku datang ke rumah ini setelah empat tahun yang lalu terakhir main ke rumah Rendra. Ada banyak perubahan terjadi. Kini rumahnya Rendra lebih besar dan tinggi. Renovasi besar-besar dilakukan sehingga membuatku pangling. Televisi belayar tipis dibiarkan menyala, beberapa kue lebaran tersaji di atas meja. Begitu datang, aku dan pacarku sudah disuguhkan es kacang hijau. Rendra masih sama seperti dulu: orang bersih dan teratur. Sesekali ia pergi ke dapur merapikan hingga mencuci piring ia lakukan. Rendra, kalau sudah piring di rumahku jangan lupa dicuci yak! Hahaha.
Reuni tahun ini dipenuhi curhatan Lynda. Begitulah kami, jika ada anggota Rangers yang kesulitan, kami selalu ada di sampingnya untuk memberikan semangat dan dukungan. Bahkan melebihi saudara sekalipun.
Usai makan dan mengobrak-abrik rumahnya Rendra, aku diajak Rendra untuk mengetahui rumahnya Joko yang tak jauh dari rumahnya Rendra. Sekitar 10 KM ke arah barat kota Sidoarjo. Joko, manusia paling pintar di Teknik Informatika angkatan 2008 ini kini sudah hidup sempurna. Ada seorang istri dan anak yang menemani. Bahkan ia sudah menyicil rumah untuk masa depan dirinya dan keluarga. Sukses Jo!
Egie, Lynda, Rendra dan aku masih berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Keinginan berkeluarga sudah hadir, tinggal menunggu waktu. Siapa berikutnya yang akan mendapatkan piala bergilir dari Ranger. Joko menjadi pemilik piala karena ia menjadi Ranger yang menikah pertama.
Siapakah berikutnya?
0 Comments