Wali9Trip #4: Dhuzur di Bonang, Ashar di Drajat

Published by ALAM on

Makam Sunan Drajat

Makam Sunan Drajat

Mendaki bukit Muria di Jawa Tengah membuat semua peserta rombongan terserang kantuk dan capai luar biasa. Laju bis menuju Tuban diwarnai kesunyian. Semuanya terdiam dan terhanyut tidur bersama bunyi klakson. Kelelahan itu seperti mendera semuanya. Terbukti, Ali, salah satu peserta mengingau di tengah bis. Seontak tingkah laku Ali ini memberikan warna dan suasana kembali hidup di dalam bis.

Bis hanya berhenti sebentar di pom bensin sekadar mengantarkan penumpangnya ke toilet. Setengah jam kemudian, kami sudah berada di alun-alun utara kabupaten Tuban. Masjid Agung Tuban ini begitu indah menyambut kedatangan tamu istimewanya setiap hari. Di belakang masjid ini bersemayam seorang wali besar. Seorang guru yang memberikan pelajaran luar biasa bagi sunan Kalijaga. Juga seorang teman belajar sunan Giri dan putra dari sunan Ampel. Siapalagi kalau bukan sunan Bonang.

Jika kita berjalan ke belakang masjid, niscaya akan berjumpa dengan kawasan wisata religi sunan Bonang. Jutaan pengunjung mendatangi tempat ini setiap harinya.

Rombongan kembali bersemangat ketika melihat masjid unik yang berada di barat alun-alun ini. Masjid ini didesain dengan aneka warna mencolok seperti permen lolipop. Sangat besar dan megah berdiri. Emakku, meski sudah beberapa kali mengunjungi tempat ini, masih saja memintaku untuk memotretnya.

Usai berziarah ke sunan Bonang, kami sholat Dhuzur dan melakukan ibadah ishoma. Kami kembali ke bis dalam keadaan segar dan kembali sehat setelah makan di depan masjid.

Bis melanjutkan perjalanan menuju timur kota Tuban. Tidak begitu lama, kami sudah memasuki kota Lamongan. Kami akan berziarah ke Raden Qasim, saudara sunan Bonang yaitu sunan Drajat. Makam Sunan Drajat berada di daerah Drajat Lamongan.

Dari parkir bis pariwisata kami harus memasuki area makam. Sama seperti beberapa pemakaman di beberapa wali, kami harus menaiki beberapa tangga sebelum tepat berada di samping makam sunan Drajat. Di tempat ini kami bersholawat dan membaca doa tahlil. Kamu larut dalam doa bersama ratusan jemaah lain yang juga sedang memadati pemakaman.

Usai membaca doa tahlil, aku tertarik pada ajaran sunan Drajat yang ditulis lewat ukiran yang berada di depan makamnya. Ukiran itu mengingatkan tentang empat ajaran sunan Drajat:

Paring teken marang kang kalunyon lan wuta;
paring pangan marang kang kaliren;
paring sandang marang kang kawudan;
paring payung kang kodanan.

Artinya:

berikan tongkat kepada orang buta;
berikan makan kepada yang kelaparan;
berikan pakaian kepada yang telanjang;
dan berikan payung kepada yang kehujanan.

Selesai berziarah ke makam sunan Drajat artinya kami sudah genap melengkapi sembilan wali yang kami datangi sejak Kamis. Aku bergumam dalam hati,

Ya Wali Songo, aku sudah hadir di balik dinding tebal yg melindungi makammu. Aku berdoa kepada Allah. Memohon ridho dan rahmat kepada Allah. Mungkin, jika berdoa di dekat makammu lebih cepat sampai doaku kepadaNya.

Perjalanan trip sembilan wali ini memberikan pelajaran penting bagiku. Bagaimanapun, makam tetaplah makam. Kami hanya mendatangi seonggok bangunan yang di dalamnya bersemayam wali Allah. Ngga ada bedanya dengan makam-makam yang lain. Yang menarik adalah ceritanya. Cerita siapa yg bersemayam di dalam makam itu. Bagaimana jasa saat mereka hidup. Seberapa besar pengorbanan mereka terhadap perkembangan Islam di Indonesia. Itulah kenapa aku tertarik datang berziarah ke makamnya. Bukan meminta kepada yang sudah meninggal tetapi berdoa di dekat waliyullah yang pernah hidup di tanah Jawa.

Sungguh beruntung engkau warga Jawa, sepanjang Banten hingga Banyuwangi berjejer dan bertebaran makam-makam waliyullah. Ngga hanya sembilan wali, tetapi banyak kiai dan orang besar yang bersemayam di pulau yang pernah dikuasi Raffles ini. Terima kasih, Jawa!


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

1 Comment

Ceritaeka · June 17, 2014 at 14:10

Ini yang sama kak Indah Juli itu yaaa?

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.