Masjid Kecil Taipei

Published by ALAM on

Masjid Kecil Taipei Cultural Mosque

Satu hal yang paling disyukuri ketika tinggal di Taipei adalah tersedianya Masjid. Jika di Madura, hampir setiap satu kilometer, Masjid akan terlihat begitu mudahnya. Di pinggir jalan, di setiap desa bahkan di setiap dusun ada Masjid.

Masjid pula sudah menjadi rumah kedua bagiku ketika di Madura. Tempat berkumpulnya remas dan berbagai aktivitas di desaku.

Kekhawatiran itu sirna ketika aku melihat Masjid Agung Taipei. Aku sempat kaget karena tidak sebesar Masjid Agung di Indonesia. Selain itu, penggunaan bahasa Mandarin saat Khutbah Jum’atan seperti menghadirkan sensasi tersendiri. Meski lama-kelamaan ya biasa saja. Biasa tidak mengerti. Meski mencoba memahami dengan melihat bahasa tubuh Khatib, tetapi tetap saja gagal. Hanya bahasa Arab saja yang bisa terdengar dengan jelas, meski hanya beberapa kata saja yang paham maknanya.

Sebulan di Taipei, aku mendengar cerita teman-teman tentang adanya masjid lain di dekat kampus. Mereka menyebutnya Masjid kecil. Entah apa alasan mereka menyebut dengan kata ‘kecil’, mungkin memang bentuknya mini.

IMG_20151218_122422

Ada hal menarik yang menggugah rasa penasaranku. Masjid kecil menyediakan makanan untuk jemaah yang sholat Jum’at. Alias dapat makan gratis sehabis Jumatan. Wah! Berita itu adalah berita penting bagi kaum mahasiswa seperti kami. Hahaha.

Makanan menjadi isu penting, selain karena faktor ekonomi :-D, tidak mudah mendapatkan makanan enak gratis dan yang paling penting adalah: HALAL!

Di suatu Jum’at, aku memutuskan untuk pergi ke Masjid kecil. Selain penasaran dengan makanan gratis di sana. Aku juga ingin melihat ornamen di dalam Masjid. Karena setiap Masjid memiliki arsitektur dan ornamen yang selalu menarik untuk dimasukkan ke Instagram.

Bismillah, berangkat ke Masjid kecil!

Untuk menuju Masjid kecil, bisa menggunakan sepeda YouBike atau Bis nomor 1. Bisa juga jalan kaki atau MRT. Hanya saja kalau jalan kaki bisa setengah jam, kalau naik MRT terlalu dekat karena hanya satu stasiun saja, Gongguan ke Taipower Building. Kami biasa memilih pakai YouBike, jika hujan maka Bis nomor 1 menjadi teman menuju Masjid. Sampai-sampai ada sebutan untuk mahasiswa NTUST yang tahunya bis nomor 1, berarti ia tahunya hanya cari makanan gratis ke Masjid kecil. Julukan yang menyakitkan sebenarnya!

IMG_20151218_122448

Jika naik bis dan sewa YouBike, kami hanya perlu turun di dekat stasiun MRT Taipower Building. Usai parkir YouBike, kami harus jalan kaki sejauh 500 meter untuk sampai Masjid yang beralamat di No. 3, Lane 25, Sec. 1, Xinhai Road, Zhongzheng District. Lebih jelas lihat di peta di bawah ini.

Masjid kecil ini bernama asli Taipei Cultural Mosque. Bentuknya lebih mirip rumah daripada Masjid. Masjid ini dibangun oleh Chuang Tze Wen pada tahun 1950. Ia adalah seorang Imam dan China. Ia ingin menjadikan Masjid ini sebagai cabang Cultural Mosque yang ada di China. Karena di bangun di Taipei, makan diberi nama台北文化清真寺 atau Taipei Cultural Mosque. Konon, ini adalah satu-satunya Masjid Cultural di Taiwan.

Bangunan Masjid yang sekarang merupakan hasil karya arsitek bernama Huang Mo-chun. Meski begitu, masjid telah mengalami beberapa renovasi. Bahkan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei juga membantu perbaikan Masjid yang terakhir direnovasi April 2010 ini.

Taipei Cultural Mosque

Tidak seperti Masjid Agung Taipei yang didukung oleh pemerintah pusat Taiwan. Karena itulah tidak banyak aktivitas di Masjid ini. Setiap Jum’at sekitar 50 orang sholat di Masjid kecil, kebanyakan dari mereka adalah warga lokal, pekerja dari timur tengah dan mahasiswa dari Indonesia. Masjid kecil juga menjadi kantor Taiwan Halal Integrity Development Association. Traveler muslim atau turis asing bisa menggunakan Masjid ini sebagai tempat singgah sementara. Karena bangunan Masjid juga menyediakan dormitory.

IMG_20151218_122504

Usai sholat Jum’at, teman-teman mahasiswa Indonesia sudah mengantri di depan ruangan kecil yang mirip seperti dapur. Tidak lama kemudian, kami diberikan jatah makan satu per satu. Kami tertib mengantri demi mendapatkan sepiring nasi dan kuah sop daging. Menunya lebih sering sop daging dan kentang. Tapi pernah juga sedikit spesial, jika ada warga yang menyumbang makanan. Pemandangan yang indah saat melihat teman-teman bisa makan bersama. Hanya di hari Jum’at ini saja, kita bisa makan dan bercengkerama sesama mahasiswa Indonesia.

IMG_20151218_132151

Itulah sekelumit cerita tentang sejarah Masjid kecil dan kisah makanan gratis di hari Jum’at. Semoga Masjid ini tetap ada sampai kapanpun, dan semakin banyak Masjid dibangun di Taipei di masa mendatang. Amin ya Rab!

Sumber:

 


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

0 Comments

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.