Sholat Jum’at di Masjid Kampus UGM

Published by ALAM on

masjid ugm

Setiap berkunjung ke suatu daerah, pasti yang terlintas adalah Masjidnya. Masing-masing daerah punya keunikan tersendiri akan desain, arsitektur dan cerita di balik Masjid Agungnya. Inilah salah satu kekayaan bangsa ini.

Eka telah mengantarkanku ke Yogyakarta. Kebetulan si penjemput adalah mahasiswa UGM. Aku sengaja agar Jum’at pagi sudah tiba di Yogya, agar bisa sholat Jum’at di kampus UGM.

Tidak berbeda jauh dengan Masjid Agung suatu daerah, setiap kampus di Indonesia juga punya masjid yang besar. ITB merupakan kampus pertama di Indonesia yang membangun Masjid Kampus, bersyukur aku pernah sholat di sana. Di kampus ITS, masjid utama juga berada di tengah-tengah kampus. Besar dan megah. Bagaimana dengan masjid UGM? Menarik untuk ditelusuri.

Dari kawasan hotel Edelweiss, aku berangkat menuju UGM. Bukan menginap di hotel, melainkan karena kos-kosan si penjemput berada tepat di samping hotel Edelweiss. Tidak berselang lama, kami tiba di Masjid Kampus UGM.

Saat memasuki area masjid, aku tidak melihat bangunan masjid. Hanya undakan tanah dan menara masjid yang seperti mengintip. Usai memarkir motor, kami harus menaiki beberapa tangga sampai akhirnya bisa melihat bangunan masjid seutuhnya. Kami disambut pohon palm di sisi kanan dan kiri. Di tepat di tengah-tengahnya terdapat air mancur dengan dekorasi menarik berlafadz tulisan Allah. Aku mengambil beberapa gambar untuk koleksi instagram @wahyualam.

Semakin mendekat ke masjid, semakin terlihat arsitektur masjid ini. Kesan Arab, Jawa dan sedikit sentuhan Cina aku rasakan di berbagai orname dan furniture masjid. Berlantai dua dengan keramik marmer. Rasanya, masjid ini baru selesai direnovasi beberapa bulan lalu. Kesan modern terasa lebih kental. Jadi penasaran bentuk aslinya seperti apa.

Tepat di bawah kubah, terdapat kayu yang terbentuk lingkaran menggantung. Ada titik-titik lampu yang terlihat. Aku yakin jika malam hari kayu ini akan menyala dan memberikan kesan mewah dan artistik.

Kami datang sedikit terlambat. Masjid sudah hampir penuh. Aku ngga bisa mendekat ke arah mimbar. Ada beberapa penyangga besar yang mirip seperti sebatang kayu. Inilah yang menguatkan aura Jawa di masjid ini. Semakin menguat aura Jawanya ketika aku melihat seorang jemaah sholat Jum’at dengan menggunakan baju a la Sunan Kalijaga. Garis-garis cokelat-hitam dengan blankon di kepalanya, tidak lupa jenggot yang lumayan lebat. Serasa sholat Jum’at di Yogyakarta, Lho!

Meski dari luar terlihat begitu panas, namun ketika masuk dan sholat dua rakaat di dalam Masjid, angin semilir membuat seisi Masjid merasa sejuk. Memang Masjid ini tidak dilengkapi dengan daun pintu dan jendela. Dibiarkan terbuka begitu saja. Sehingga sirkulasi angin bisa masuk menyelimuti Masjid.

Sampai-sampai aku sempat terlelap saat sidang kutbah Jum’at. Rasa ngantuk sisa dari menembus malam bersama Eka masih terasa. Iqomah dikumandangkan. Semua jema’ah merapikan shafnya. Sholat Jum’at dimulai.

Begitulah suasana Masjid kampus UGM. Ada yang pernah ke sini?

 


ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

1 Comment

riskangilanharyono · July 12, 2016 at 09:18

Mataku jeli banget lihat indahnya pemandangan dan desain masjid kampus UGM ini, Mas. Aku nggak nyangka lho bisa serapi dan sebagus ini desain Masjidnya. 😀

Berikan Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.