Sepatu Dahlan

Published by ALAM on

Setelah puas membaca buku Dua Tangis Ribuan Tawa, rasanya aku ingin membaca kisah demi kisah perjuangan hidup Pak Dahlan Iskan. Bukan karena tindakan yang sering mengundang kontroversi di kalangan media. Tetapi pasti ada banyak pelajaran hidup semasa kecil sampai masa remaja Pak Dis.

Membaca sebuah biografi seseorang, siapun, orang sukses atau bukan. Pasti ada kisah menarik dan pelajaran yang bisa dipetik seperti memetik mangga yang sudah bergelantungan matang di pohonnya.

Khrisna Pabichara menulis novel ini begitu memukau. Benar kata A. Fuadi, ini jenis buku yang bikin candu. Banyak cerita yang di dalamnya tidak lurus begitu saja, konfliknya sulit ditebak kapan akhir dari setiap cerita. Banyak sekali kosa kata sastra yang bisa aku pelajari dari buku ini. Bukan hanya itu, tetapi lebih dari cara menulis novel, tetapi yang lebih penting adalah aku banyak sekali belajar dari kisah demi kisah di dalamnya. Meski tidak persis, buku ini kisahnya seperti kisah hidup Bapakku. Meski antara Bapak dan Pak Dahlan Iskan berbeda di akhir ceritanya, namun ada kesamaan kisahnya saat masih anak-anak dan dewasa.

Keluarga, lagi-lagi keluarga menjadi faktor sangat penting untuk mendidik karakter anak. Setinggi apapun belajar, kalau tidak didukung keluarga sulit untuk mencapai mimpi dan cita-citanya. Karena menurut Kartono (1992) : Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. IPB menyebutkan bahwa Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang ditandai oleh rendahnya rata-rata kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan, gizi anak-anak, dan sumber air minum. Beban kemiskinan sangat dirasakan oleh kelompok-kelompok tertentu seperti perempuan dan anak-anak yang berakibat pada terancamnya masa depan oleh karena kekurangan gizi, dan rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan. Mungkin sebelum ada penelitian di IPB ini banyak anak-anak Indonesia yang menjadi korban keganasan kemiskinan.

Tokoh Bapak -Bapaknya Dahlan Iskan- dalam novel Sepatu Dahlan menjadi tokoh panutan. Tokoh yang sebenarnya tidak banyak di Indonesia. Andaikan semua bapak di Indonesia seperti Bapaknya Dahlan Iskan, tentu saja akan banyak anak-anak Indonesia yang tidak mudah menyerah. “Kita harus mencari, bukan berleha-leha menunggu belas kasihan orang”, begitulah prinsip Bapak dalam novel Sepatu Dahlan.

Kehangatan keluarga, lingkungan tempat tinggal, teman dan sahabat dibumbui mimpi-mimpi yang bergelayut seperti awan menjadi kisah kunci dalam novel ini. Kisah kunci yang juga akan menjadi kunci sukses untuk keluarga-keluarga di penjuru negeri dan permai ini. Takeran menjadi panggung mimpi oleh Dahlan Iskan dalam Sepatu Dahlan. Patut dibaca oleh siapa saja yang lagi hobi bersantai-santai dan bermalas-malasan saja.

Categories: #ALAMelangkah

ALAM

blogger and founder @plat_m, think about Indonesia, act in Madura, studying smart city, community developer, @limaura_'s husband | E: nurwahyualamsyah@gmail.com | LINE: @wahyualam

1 Comment

AGIL ASYROFI · October 28, 2012 at 23:40

Subhanallah. Pak Dahlan emang inspirator negeri ini. Dibutuhkan sosok-sosok seperti Pak Dahlan di Indonesia ini

Leave a Reply

Avatar placeholder