Berpetualang di Minggu yang Basah
Wahyu åŒå¸:轉é”總務處通知:ç‚ºå› æ‡‰å…¨æ ¡ç¸½è®Šé›»ç«™è¨å‚™ä¿é¤Šåœé›»ï¼Œæ ¡å…§æ‰€æœ‰é¤å»³å» 商åŠè¶…商9/27(æ—¥)æš«åœç‡Ÿæ¥ä¸€æ—¥ Due to the maintenance of electric substation, the power will be off this Sunday. Therefore, all the restaurants and convenience stores in the school will be closed. 宿管å³è€å¸«å•Ÿâ€» 若有任何疑å•ï¼Œè«‹é›»æ´½27376144 宿管ä¸å¿ƒ
Email di atas seperti memberikan kode untuk segera membuat itinerary petualangan pertama di Taipei. Aku ingin memulai petualangan pertama dengan mengunjungi Chiang Kai-Shek (CKS) Â Memorial Hall. Alasannya cukup sederhana, adalah destinasi ini paling dekat dengan kampus. Cukup naik sekali MRT, maka CKS Memorial akan hadir di depan mata. Itinerary yang dibuat, gagal karena menurut ramalan hujan deras akan turun di bumi Taipei dan sekitarnya. Karena itinerary yang dibuat gagal, maka aku tidak punya rencana apapun.
Terkadang perjalanan itu perlu ngga direncanakan. Sesekali menjadi solo traveler dengan agenda blank trip bisa dicoba. Awan berwarna abu-abu bergelayut di langit Taipei saat aku keluar dari dormitory. Aku melangkah dengan tak punya rencana apapun. Sampai di pintu gerbang kampus hujan turun. Semakin lama terasa semakin deras. Awalnya mau pergi sarapan ke 7Eleven untuk sarapan, hujan sekali lagi membatalkan rencanaku. Aku mencari tempat berteduh. Halte bis menjadi pilihan untuk berteduh
Aku lupa membawa payung meski sebenarnya sudah tahu kalau hari ini bakal hujan. Ngga ada pilihan, daripada kedinginan ngga asyik, aku putuskan untuk naik bis. Aku tak mempedulikan berapa nomor bisnya, tak peduli mau dibawa ke mana, yang terpenting adalah aku tidak kedinginan di tengah derasnya air hujan.
Di dalam bis, aku duduk di kursi sebelah kiri. Tidak banyak penumpang, mungkin karena hujan, mereka malas keluar rumah. Terlihat hujan turun semakin deras. Aku lihat ponsel dan mengetik cerita ini di Google Note. Di tengah kepadatan aktivitas kampus, aku manfaatkan waktu luang untuk menulis. Meskipun itu hanya dua sampai tiga paragraf. Entah sudah beberapa kali sopir menghentikan bisnya di halte. Aku terus menulis dan sesekali melihat di luar hujan masih turun atau sudah berhenti.
Aku benar-benar ingin nyasar. Toh ponselku sudah bisa internet, tak perlu takut jika nyasar di negeri antah berantah. Tiba-tiba ada gedung yang ujungnya tidak terlihat, aku harus menunduk untuk melihat ujung gedung dari dalam bis. Tak berhasil langit-langit bis menghalangi ujung gedung itu. Sepertinya aku kenal bentuk gedungnya. Ya, benar, aku sudah sampai di Taipei 101. Mantan gedung tertinggi di dunia!
Aku berdiri mengeluarkan Easy Card, sepertinya bis sudah memperlambat lajunya, tak peduli nama haltenya, aku harus turun di halte terdekat. Aku tempel ‘kartu mudah’ itu ke sensor yang berada di dekat sopir. Seketika 12 Dolar NT terpotong. Xiéxié kata Pak Sopir. Aku balas sambil menundukkan kepala.
Aku melompat dari bis dan memulai petualangan hari ini. Hari Minggu yang basah. Hujan berhenti beberapa saat sebelum aku turun, sepertinya Tuhan kasian kepadaku, jauh-jauh dari Madura ingin main-main di area maskotnya Taiwan. Kemalasanku ini diperhatikan oleh pemerintah Taiwan. Seperti sudah direncanakan, begitu turun dari bis aku melangkah sambil melihat-lihat sekitar. Ngga jauh dari tempat aku berdiri, aku melihat tulisan ‘tourism information’ di papan petunjuk permanen berwarna hitam kombinasi kuning. Pemerintah Taiwan seperti sudah tahu kalau bakal ada yang nyasar di dekat halte ini. Mereka memang perhatian, terutama buat traveler malas sepertiku. Aku melihat papan petunjuk ini tersebar di beberapa lokasi, terutama di halte bis atau stasiun MRT.
Begitu turun dari bis, atau begitu keluar dari stasiun MRT, kita menoleh ke kanan dan kiri, langsung disambut papan petunjuk setinggi dua meter dengan lebar 40 senti. Dari papan itu, aku tahu dan paham kalau mau ke Taipei 101, aku harus berjalan lurus. Ngga usah belok, kalau belok nanti ditabrak bis! Lucu ngga? Kayaknya garing. Biarlah.
Bagaimana keseruan di Menara Taipei 101? Lihat saja related-post di bawah ini.
0 Comments