Dua Tempat Satu Perayaan: Maulid Nabi!
Hari yang spesial. Aku harus pakai kemeja muslim spesial, celana jeans spesial dan minyak wangi spesial. Semuanya harus spesial karena aku ingin pergi merayakan Maulid Nabi. Aku sudah ditunggu keluarga dan teman-temanku yang lain.
Aku mengeluarkan celana jeans, kemeja putih dari lemari, tidak lupa aku siapkan kopyah hitam. Sore itu aku ingin memakai semua yang masih bersih. Tidak dipakai di hari sebelumnya. Tidak lupa minyak wangi made in Ampel diletakkan di atas meja.
Usai mandi dan mengenakan pakaian, aku usapkan minyak wangi dan melenggang keluar kamar lebih harum dari biasanya.
Aku melihat kesibukan keluargaku. Bapak memasang peralaran sound system, Emak, bibi, nenek, saudara, tetangga semua sibuk menyiapkan berbagai macam buah-buahan. Semua macam buah rasanya tersedia. Mulai dari kelapa muda, apel, jeruk, anggur, buah naga, hingga tebu semuanya ditaruh di atas rancak. Anyaman berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bambu.
Tidak terlewatkan rasol. Nasi yang dibentuk kerucut dengan dibungkus daun pisang. Beberapa tetangga juga ikut menaruh buah atau rasol. Tiba-tiba saja teras rumah sudah dipenuhi dengan buah-buahan dan rasol. Tidak lupa di langit-langit dipasang balon, alat-alat rumah tangga yang terbuat dari plastik seperti sot-kessot, senduk, gelas hingga gayung.
Jemaah banjari Al-Habsyi dari Madrasah Bustanul Amal juga diundang. Ini adalah kali tahun ketiga mereka diundang ke rumah. Banner berukuran empat kali dua meter dengan gambar Habib Umar dan Habib Syekh dibentangkan.
Sore itu, cuaca cerah, keponakan berkumpul, suasana menjadi sangat ramai. Keluarga besar berkumpul menjadi satu. Yang dari pesantren pulang, yang ikut istri di kecamatan lain juga pulang, tetangga dekat ikut berkumpul. Duhai indahnya suasana kekeluargaan seperti ini.
Sesaat sebelum maghrib semua buah dan rasol sudah tersaji berderet memanjang. Mulai dari dalam Langgar, hingga ke teras luar. Tidak hanya satu teras satu rumah, tetapi teras empat rumah sekaligus. Gemerlap lampu kerlap-kerlip semakin memeriahkan suasana.
Usai sholat Maghrib, satu per satu jemaah Banjari Al-Habsyi Bustanul Amal berdatangan. Menempati tempat yang sudah disediakan. Aku melihat mereka kompak memakai seragam berwarna hijau dengan kopyah putih.
Ustadz Harun memulai acara dengan sedikit sambutan dan pembacaan surah Al-Fatihah. Tidak lama setelahnya, hujan turun mengguyur. Beberapa santri Bustanul Amal terpaksa merapat ke teras rumah menghindari hujan.
Sambil menunggu undangan datang, terbang ditabuh, shalawat dikumandangkan. Suasana merindukan Nabi Muhammad langsung menyeruak memenuhi halaman rumah. Rintik-rintik hujan semakin membuat mesra suasana perayaan Maulid Nabi tahun ini.
A. Zakki Thoif bersama Ustadz Na’im memasuki Langgar, teras dipenuhi tetangga dan warga sekitar. Pembacaan Fi-Hubbi berlangsung khidmat. Seperti biasa, sesaat setelah pembacaan sholawat, semuanya berebut buah dan peralatan dapur yang tergantung di atas langit-langit. Suasana menjadi ramai riuh. Aku hanya bisa melihat beberapa momen saja.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan sholawat dari rombongan jemaah Banjari Al-Habsyi Bustanul Amal. Aku mengikuti semua sholawat yang dibaca. Mulai dari Assalamualaik, Ya Robbi Sholli, Ya Hanana, Ya Rasulullah, Mahallul Qiyam hingga Ya Badratim. Bahkan aku juga ikut berdiri saat Mahallul Qiyam.
Aku juga ikut khusyu’ berdoa mengikuti pembacaan doa yang dilantukan oleh Dalil. Usai ramah tamah, acara selesai, beberapa santri meninggalkan rumah. Beberapa dari mereka melambaikan tangan kepadaku. Aku membalasnya dengan senyuman. Bahkan Kak Nurul, datang ke depanku dan berpamitan. Aku membalasnya dengan ucapan: terima kasih. Usai acara menyisakan Toni, Een, Sahrul, Dalil, Fendi, Kak Harun dan bapak.
Aku ikut mengobrol dengan mereka. Aku senang sekali bisa ikut merayakan Maulid Nabi malam ini. Ikut sama-sama menggunakan kemeja muslim, berkopyah hitam dan ikut membacakan sholawat. Bedanya, mereka di rumah, dan aku di lab kampus.
Tahun ini aku hanya bisa melihat semua perayaan Maulid Nabi dari layar laptop. Adikku juga menaruh laptop di tempat strategis agar aku bisa melihat suasana di rumah. Memang aku tidak melihat semuanya karena keterbatasan kamera, tetapi setidaknya aku bisa menyaksikan sebagian prosesi peringatan dan mendengarkan sholawat yang dibacakan.
Selamat ulang tahun, Ya Rasullullah. Kami begitu merindukanmu. Semoga kami dapat mengikuti semua tuntutanmu. We always miss you, Muhammad SAW!
0 Comments